Thursday, October 11, 2007

Ilir-ilir

Lir ilir- Lir ilir
tandure wus sumili,
tak ijo royo-royo,
tak sengguh temanten anyar

Bocah angon bocah angon,
penekno blimbing kuwi,
lunyu-lunyu penekno,
kanggo mbasuh dodot-iro.
Dodot-iro dodot iro,
umitir bedah ing pinggir,
dondomono jlumatono,
kanggo sebo mengko sore.

Mumpung jembar kalangane.
Mumpung padhang rembulane.
Yo surako surak: Hiyyoo !!!

Selamat Idul Fitri 1428 H
Mohon Maaf Lahir dan Batin...

Besok Hari Raya

Besok adalah hari raya, dan hari raya akan datang besok. Jadi arti hari raya, dan bagaimana seharusnya hari raya?

Ada beberapa poin penting yang harus kita perhatikan:
Diwajibkannya mengeluarkan zakat fitrah
Dianjurkan makan pada pagi sebelum shalat Idul Fitri untuk memenuhi perintah Allah dalam mengakhiri Ramadhan sebagaimana kita penuhi perintah-Nya dalam berpuasa.
Menggunakan pakaian terbaik (nggak mesti baju baru) dan memakai wewangian.
Bertakbir pada hari raya.
Mengambil arah jalan yang berbeda.
Pada saat Idul Fitri dianjurkan untuk saling mengunjungi saudara, kerabat, teman, orang tua untuk mengucap salam, saling memaafkan dan saling mengasihi.
Idul fitri merupakan saat yang tepat untuk menjalin silaturahim, berbuat baik kepada orang tua, menyayangi fakir miskin, dan menyayangi tetangga.
Idul Fitri merupakan hari hadiah, orang yang berpuasa dan meramaikan malamnya dengan berbagai macam ibadah karena iman dan mengharap ridha Allah ia akan bergembira karena memperoleh hadiah agung dan kemenangan besar. Sedangkan orang yang meninggalkan puasa Ramadhan, meremehkan perintah Tuhannya, melanggar batas-batas-Nya, ia akan merugi dan menyesal.

Tidak terasa kita sudah melewati beberapa kali Idul Fitri, kita kenang lagi, dengan siapa saja kita shalat ‘Id tahun yang lalu? Eyang kakung? Eyang Putri? Bapak? Ibu? Kakak? Adik? Saudara? Orang-orang terkasih dan sahabat? Dimana mereka sekarang? Kemana mereka pergi?

Besok pagi kita akan menerima hadiah, dan besok pagi pahala kita tercatat dalam daftar perbuatan, berusahalah yang tertulis didalamnya adalah amal kebajikan. Insya Allah.

Allahu Akbar- Allahu Akbar- Allahu Akbar- La Ilaaha Illallahu Akbar- Allahu Akbar- wa lillahil-hamd.

Wednesday, October 10, 2007

Tips Maaf Memaafkan

  1. Ingat kembali wajah teman-teman kita, saudara, atau keluarga kita yang selama ini jarang bertemu dengan kita atau bahkan yang berselisih dengan kita.
  2. Do’akan kebaikan bagi mereka jika kita belum sempat bersilaturahmi.
  3. Muhasabah (evaluasi) diri kita, siapa saja yang pernah tersakiti oleh perlakuan ataupun perkataan kita.
  4. Minta maaflah dan sambungkanlah kembali tali yang pernah putus.
  5. Memberi maaf terlebih dahulu jika seandainya orang lain yang melakukan kesalahan.
  6. Tidak perlu kita menunggu permintaan maaf dari orang lain.
  7. Memaafkan berarti menghapus luka-luka atau bekas-bekas kekesalan yang ada di dada hingga hilang dari ingatan kita.
  8. Bukalah kembali lembaran baru hubungan kita.
  9. Ingatlah, mereka yang enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dari Allah SWT. Karena itu dalam kamus agama tidak dikenal ungkapan “Tiada maaf bagimu”.
  10. Ingatlah sifat-sifat orang yang bertakwa yang antara lain mampu menahan amarah dan memaafkan manusia (yang bersalah). Allah menyenangi orang-orang Muhsin, yakni berbuat kebajikan terhadap orang-orang yang pernah bersalah kepadanya.
  11. Saat berkunjung berikanlah oleh-oleh atau cindera mata pada orang yang dikunjungi.
  12. Berjabat tanganlah sebagai lambang kesediaan untuk membuka lembaran baru dan tidak mengingat lagi lembaran lama.
  13. Berbincanglah dengan akrab.
  14. Kirimi saudara kita pesan maaf dan selamat merayakan Idul Fitri melalui surat, telepon, e-mail, dll.

    Upaya menjalin hubungan yang serasi setelah terjadinya disharmoni adalah inti silaturahmi. Semoga kita kembali meraih hubungan harmonis sebagaimana seharusnya seorang muslim terhadap muslim lainnya.

    Ingatlah, bagi mereka yang memutuskan silaturahmi, Allah mengecamnya, “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya pula mata mereka.” (Q.S. Muhammad 47:22-23). Rasulullah SAW pun bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturahmi.” (H.R. Muttafaqun Alaih).

    Idul Fitri adalah momen yang tepat untuk menggalang silaturahmi. Karenanya, hendaklah kita meluangkan waktu untuk bersilaturahmi dan kita pelihara jalinan silaturahmi tersebut pada hari-hari berikutnya. Wallahu A’lam. (Idham, MAPI 2002)

Mudik



Menurut Wikipedia, Mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, Mudik boleh dikatakan sebuah tradisi yang mutlak harus dilaksanakan. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua.

Saat masih kecil dulu belum terbayang apa-apa, ritual mudik yang saya tahu Cuma libur lebaran, terus bepergian ke rumah saudara-saudara. Tetapi sebenarnya ada makna yang lebih dalam lagi, yaitu mengingat-ingat asal muasal atau jati diri. Lha saya, lahir dan besar di Bandung? Berarti? Saya nggak usah mudik dong?

Identitas orang jawa timur saya memang agak diragukan..hehehe..tapi ada yang paling berkesan dalam hidup saya, saya tidak bisa berbahasa Indonesia pada waktu masuk TK, yang ada teman-teman saya bengong alias nggak ngerti apa yang saya bicarakan...bayangin aja, dulu bapak dan ibu tinggal di lingkungan komplek tentara yang notabene orang jawa semua, dari mulai yang bertamu, saudara, sampai saya pergi ke warung pun itu memakai bahasa jawa, hasilnya yaaa gitu deh...hehehe

Tahun ini saya tidak mudik ke Kota Nganjuk di Jawa Timur, kota asal Bapak saya. Tradisi mudik ini paling saya tunggu-tunggu semenjak saya TK, karena dari kecil saya paling seneng kalau bepergian. Ketika saya SMA, saya paling bersemangat untuk mudik (meskipun saya lahir dan besar di Bandung, hehehe...) soalnya pas SMA baru punya SIM A, jadi suemangat buanget kalau nyetir mobil, apalagi jarak jauh, mau bablas sampai Bali pun nggak masalah, nggak ngantuk (kalau kata orang jawa, masih kemaruk baru bisa nyetir..hehehe). Setiap peristiwa mudik punya cerita masing-masing, saya bisa tahu saudara-saudara bapak dan ibu yang tersebar di Jawa Timur. Keluarga Bapak ada yang di Gempol, Sidoarjo, Surabaya, Kediri, Jombang, sedangkan keluarga Ibu ada di Mojokerto, Malang, dan Tuban.

Kangen rasanya bisa berkumpul dengan keluarga besar, bisa berbagi cerita. Bapak juga sering mengajak napak tilas tentang kehidupan masa kecilnya. Beliau harus jalan kaki kurang lebih 10 km untuk sekolah, ngalamin makan gaplek dan tiwul, belum ada listrik, kalau nonton TV nebeng di tempat pak lurah, hiburan lainnya paling berenang di kali atau cari burung ke hutan jati, seru kayaknya...

Kangen pengen mudik...

Kangen pengen ngumpul bareng adik kakak sepupu, bude, bulik, dll...
Kangen gule kambing buatan mBah Putri...
Kangen malem takbiran di kampung...
Kangen sate kambing di rumah bulik di Mojokerto...
Kangen Rujak Cingur...
Kangen Sego Pecel...
Kangen suasananya...
Kangen semuanya...

Buat teman-teman yang mudik tahun ini, selamat mudik, hati-hati dijalan, semoga selamat sampai tujuan, salam buat orang-orang yang teman-teman kasihi....:)

Insya Allah tahun depan saya mudik...

Thursday, September 13, 2007

Kaum Ibu = The Influentials

Saya kutip dari bukunya Hermawan Kertajaya, bisa dikatakan bahwa seorang ibu menjadi the influentials atau pihak yang memengaruhi ibu-ibu lainnya. Dalam bukunya, The Influentials, Ed Keller dan Jon Berry mengatakan bahwa the influentials umumnnya mengacu kepada beberapa karakteristik.

Pertama, the influentials ummnya adalah seorang aktivis, mereka terlibat dalam berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan kantor, hingga kegiatan santai. Mereka juga terlibat dalam berbagai komunitas yang ada karena ingin menyalurkan aspirasi atau pandangan mereka dan memengaruhi orang lain untuk mendukung pandangan mereka tersebut. Nah, umumnya, kaum ibu, baik yang bekerja atau tidak bekerja, terlibat secara aktif dalam suatu komunitas, mulai dari arisan sampai komunitas keagamaan. Di komunitas tersebut, mereka berbagi rasa dan saling memengaruhi.

Kedua, the influentials adalah mereka yang saling berhubungan. Harus kita akui bahwa kaum ibu cepat sekali membentuk jaringan yang luas, katakanlah dalam sebuah komunitas arisan. Komunitas yang mulanya berangotakan beberapa orang saja dalam sekejap mendapatkan banyak anggota. Kalau seorang ibu mengajak beberapa orang temannya untuk bergabung dalam arisan tersebut, kita bisa bayangkan, bagaimana pesatnya pertumbuhan anggota kelompok arisan ini.

Ketiga, the influentials pastilah merupakan orang-orang yang memiliki pengarug. Mereka merupakan orang-orang yang nasihatnya selalu dicari orang lain. Dalam sebuah komunitas ibu-ibu, umumnya ada beberapa ibu yang sangat berpengaruh dan dihormati. Perkataannya selalu didengar oleh ibu lainnya dan nasihatnya selalu ditaati karena dianggap suatu nasihat yang benar.

Keempat, the influentials biasanya merupakan trendsetters. The influentials selalu ingin menjadi yang terdepan dalam mengetahui sesuatu. Dalam dunia kaum ibu tidak disangkal lagi bahwa sebagian kaum ibu ingin menjadi trendsetter. Lihat saja bagaimana mereka berperilaku di arisan. Kalau sudah mau pergi ke arisan umumnya sang ibu akan mencari baju yang terbaik atau memakai aksesori yang unik. Mereka sangat bangga kalau orang lain memuji apa yang mereka kenakan dan mereka menganggap selangkah di depan yang lain dalam hal mode. Hal ini memang merupakan salah satu sifat dasar kaum wanita.

Dari berbagai hal diatas, dapat kita lihat bahwa kaum ibu menjadi the influentials bagi ibu lainnya. Mereka memberi rekomendasi, memberi saran dan kritik terhadap suatu produk dan memengaruhi ibu lainnya untuk menggunakan produk yang sama dengan mereka. Ibu lainnya pun percaya pada sang influentials tersebut dan melakukan apa pun yang mereka sarankan.

Bagaimana menurut anda?
Apakah anda salah satu dari The Influentials ?

Mulai dari Nol

Kata mas Erbe Sentanu, beliau bilang bahwa semuanya berasal dari 0 (nol) alias tidak ada apa-apa. Saya mau cerita pengalaman paman saya yang mau membuka dan menjalankan usaha jualan beras.

Cerita berawal dari paman saya yang membutuhkan pendapatan tambahan dan menabung untuk berbagai keperluan keluarganya kelak di kemudian hari. Setelah menimbang-nimbang bisnis apa yang akan dijalani, akhirnya jatuh pada jual beras, alasannya beras pasti laku karena merupakan bahan pokok, pasti tiap orang membutuhkannya. Sampai akhirnya bertemu dengan pak haji yang merupakan salah seorang bandar beras yang kalau dibilang levelnya sudah level kakap, kiosnya ada puluhan jumlahnya.

Setelah ngobrol kesana-kemari, diketahui bahwa pendidikan dari si pak haji ini tidak lulus SD, sedangkan paman saya ini lulusan Magister Manajemen dari Salah satu universitas ternama di Kota Bandung. Sewaktu pak haji nanya bagaimana rencana jualannya, paman saya menerangkan dengan runut berdasarkan teori yang diperoleh dari kuliahannya, mulai dari promosi lewat brosur, de el el. Eh lha kok ndilalah kata pak haji ke paman saya, “wah dik, kalau saya nggak pake ilmu gituan, saya langsung belajar di lapangan, nggak ngerti saya sama yang begituan”. Deg, wah ini nih kalau bicara langsung dengan pedege yang udah pengalaman, meskipun nggak sekolah tinggi, tapi ya itu, pengalamannya buanyak buanget atau istilah kerennya street smart lah.

Pak haji ini juga cerita bahwa banyak yang dibimbing oleh beliau, sekarang jadi pedege beras yang berhasil. Setelah beberapa lama akhirnya paman saya pamit pulang. Sesampainya dirumah, diskusi dengan keluarganya, dan keesokan harinya hunting kios untuk dagang beras. Setelah keliling-keliling dan tawar menawar, akhirnya sepakat untuk mengontrak sebuah kios di pasar.

Berikutnya, paman saya mengumpulkan modal untuk membeli stok beras ke pak haji. Tapi apa pas nyampe pak haji? Ternyata pak haji menyarankan untuk jangan membayar atau membeli beras dari pak haji. Pak haji mensyaratkan bahwa paman saya harus “magang” dulu di kios berasnya. Pak haji pesan, sekarang jangan menyetok beras dulu, belajar dagang dulu, harus tahu jenis-jenis beras, kualitas dan harga pasarannya seperti apa, bagaimana menangani pelanggan, dll. Duing....paman saya bengong, tadinya berangkat dari rumah dengan menyiapkan sejumlah uang untuk membeli beras, tapi akhirnya apa? Ya itu tadi, “magang” dulu....hehehe

Masih ada orang-orang yang “care” seperti itu ya, tidak langsung mentang-mentang dengan modal yang cukup bisa langsung jualan, tapi pak haji mensyaratkan “magang” dulu, kalau niat jualan kan tinggal jual saja nggak perlu harus magang dulu. Ternyata, kalau saya tangkap dari pembicaraan antara pak haji dengan paman saya, pak haji nggak sekedar ngobrol biasa saja, tapi juga ingin mengetahui sejauhmana keseriusan dan kegigihan dalam memulai usaha. Kalau ada orang yang minta diajarin, ya diajarin dari mulai nol, apalagi sebelumnya belum pernah jualan beras.

Marhaban Ya Ramadhan 1428 H


Selamat datang bulan Ramadhan, bulan dari segala bulan. Bulan yang selalu dinanti-nanti umat Muslim se-dunia. Bulan yang penuh hikmah, barokah, rahmah dan ampunan.


Semoga kita semua selalu dalam lindungan dan petunjuk-Nya agar kita dapat meraih kemenangan di kemudian hari, dihapuskan semua dosa kita, dan diterima segala amal ibadah kita seperti bayi yang baru lahir, kembali lagi ke fitrahnya.


Mohon maaf lahir dan batin....Selamat menjalankan ibadah Puasa Ramadhan. Semoga kesucian hati, pikiran dan tindakan selama berpuasa akan menjadikan kita menjadi umat yang lebih baik lagi. Semoga Allah SWT melimpahkan kasih dan sayang-Nya bagi kita semua..amin

Friday, August 17, 2007

Renungan di Hari Kemerdekaan

Ini renungan saya pada saat upacara bendera di kampus...
Bung Karno dalam pidatonya tanggal 17 Agustus 1954, pernah berkata, " Allahu Akbar! dahulu orang berkata bahwa Republik Indonesia tidak akan tahan delapan minggu. Kini ia telah berusia 450 minggu!". sekarang negara republik ini berusia 62 tahun.

Diantara berbagai pendapat teman-teman saya, bermacam-macam sekali mulai dari yang berpendapat, "apa bener kita sudah merdeka?" sampai "kita harus meneruskan dan mengisi kemerdekaan ini, hingga suatu saat kita bisa mewariskan sesuatu yang berguna untuk anak cucu kita.."

Terlepas dari berbagai pendapat yang ada, saya punya pendapat "apa yang sudah kita berikan kepada masyarakat dan negara?" jangan berbalik bertanya "apa yang sudah kita dapat dari masyarakat dan negara?" kenapa? kedua kalimat itu punya arti yang beda, kalimat yang pertama menunjukkan kita harus aktif sedangkan kalimat yang kedua kita hanya menunggu, lha sedangkan kalau kita menunggu kapan nyampe nya? kalau kapal itu nggak dateng-dateng, ya nyebur aja kita berenang untuk menjemput impian kita.

Karena saya berkecimpung di bidang pendidikan, saya punya pendapat bahwa pendidikan merupakan kunci menuju bangsa yang sejahtera. Pendidikan tidak hanya terbatas pada lingkungan tembok sekolah dan kampus, tapi lebih luas lagi. Tugas sekolah dan kampus tidak hanya menekankan pada kompetensi akademis semata, tapi juga menumbuhkan karakter (kejujuran, kerendah hatian, tolong menolong), keterampilan dan kecakapan hidup (mengkomunikasikan pikiran, negosiasi, dan sejenisnya), dan jiwa entrepreneurship (wirausaha).

Jadi, apa yang sudah kita berikan kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara?

Merdeka!!!

Sunday, July 22, 2007

Menabung, Langkah Menuju Kesejahteraan

Rasanya persoalan dalam kehidupan ini tidak pernah ada hentinya di mana saja kita berada. Demikian pula dalam kehidupan finansial kita. Bahkan ketika kita telah memiliki penghasilan yang stabil bahkan bertambah sesuai dengan karier, kita masih akan menghadapai persoalan.
Persoalan yang seringkali kita hadapi adalah apakah kita mampu memanfaatkan uang yang dengan susah payah kita kumpulkan itu sesuai dengan tujuan hidup kita. Hal ini sangat terkait dengan bagaimana kita mengatur arus kas keuangan? Karena persoalan arus kas akan menentukan kemana penghasilan yang selama ini dihasilkan pergi, maka membangun kebiasaan menabung menjadi sangat dibutuhkan.

Prinsip mendasar yang sangat mudah diterima adalah realitas keterbatasan pemasukan dibandingkan dengan tujuan/impian/cita-cita finansial. Hal ini, secara tidak langsung menjadikan perencanaan arus kas menjadi sangat penting baik bagi kepentingan jangka pendek apalagi untuk tujuan jangka panjang. Keduanya harus dilakukan secara bersama-sama, simultan dan terencana.

Kegagalan mengatur arus kas adalah berarti juga kegagalan mengatur jalan kehidupan finasial yang akan berujung pada kegagalan seluruh kehidupan finansial. Tidak peduli berapapun besar penghasilan dan kekayaan yang telah dicapai.
Pengaturan arus kas dan alokasi tabungan, harus mampu mengintegrasikan antara tujuan-tujuan finansial dengan proyeksi penghasilan dan pengeluaran. Arahkan segala kemampuan finansial secara maksimal guna mencapai tujuan finansial jangka pendek maupun jangka panjang.

Sepatah kata pendapatan dan kesejahteraan
Tidak seorang pun menjadi kaya hanya karena penghasilannya besar. Kekayaan menjadi nyata bila Anda menyimpan atau menyisihkan dana setiap bulannya dan menginvestasikannya.
Banyak orang berpikir, menurut hemat kami kurang logik, “bila saja saya menghasilkan uang lebih banyak maka semua keadaan akan lebih baik”. Realitanya, dengan meningkatnya pendapatan pasti akan selalu dibarengi dengan kenaikan standar hidup atau gaya hidup. Sehingga Anda akan tetap membutuhkan hampir semua penghasilan bulanan yang Anda peroleh dengan kerja keras.
Kenyataannya, bila individu atau keluarga gagal merencanakan menabung —saving goals— maka mereka hanya akan menambah utangnya.
Bila Anda mendapatkan promosi maka dengan standar hidup baru Anda harus membeli mobil yang lebih mempresentasikan jabatan Anda. Mobil baru dengan kredit yang artinya utang.
Kemudian, Anda berpikir dengan posisi sekarang ini maka saya harus membeli rumah yang lebih bagus. Dengan pola pikir dan kebiasaan seperti ini, sulit untuk mencapai apa yang diinginkan, yaitu kekayaan atau kesejahteraan masa datang.
Sangat tidak benar bila Anda berpikir bahwa kekayaan akan datang dengan sendirinya karena penghasilan Anda besar serta tetap mempertahankan perilaku keuangan Anda. Anda harus berubah menjadi lebih baik dan lebih bertanggung jawab.

Aturan dalam menabung
Sebelum masuk kedalam berbagai ulasan seputar kebiasaan menabung dan bagaimana membangun pola sistematis dalam meningkatkan alokasi menabung bagi keuangan keluarga, ada baiknya kita memulai dengan suatu yang mudah.
Apakah menabung itu? Menabung bukan membeli pada saat diskon atau membeli mobil dengan diskon tunai. Menabung adalah menyisihkan dana dari pendapatan setiap bulannya untuk suatu tujuan keuangan di masa depan.
Tentunya, setiap keluarga pasti memiliki tujuan keuangan yang ingin dicapai. Terkadang tujuan yang kita inginkan tidak bisa kita capai atau miliki pada saat itu karena besarnya biaya yang dibutuhkan.

Oleh karena itu, untuk memilikinya atau mencapainya, Anda dapat melakukan dengan dua cara. Pertama adalah dengan berhutang atau meminjam dana pada pihak tertentu, misalkan bank. Dengan mengambil langkah ini Anda harus membayar jumlah utang yang Anda pinjam dan bunganya. Sedangkan yang satunya adalah dengan menyisihkan dana dari pendapatan sampai terkumpul dana yang cukup untuk membeli barang yang Anda inginkan atau tujuan keuangan yang ingin dicapai.
Dari segi waktu, cara pertama memungkinkan Anda untuk membeli sesuatu lebih cepat dibandingkan dengan cara kedua. Dengan itu, Anda harus membayar lebih dengan bunga yang harus ditambahkan dari biaya awal.Namun, perihal utang ini harus dipertimbangkan secara bijak. Jangan sampai cicilan utang yang harus dibayar setiap bulannya memberatkan keuangan Anda dan keluarga. Secara umum, dari pendapatan yang diperoleh setiap bulannya, alokasi dana untuk cicilan bulanan tidak melampaui 30 persen.
Bila Anda bisa menyisihkan sebagian dari pendapatan Anda secara regular, maka potensi pencapaian t`ujuan juga akan semakin meningkat.
Mengapa orang sulit untuk menabung? Salah satu hal yang menyebabkan sulitnya individu untuk menabung adalah tujuan keuangan. Tanpa tujuan keuangan yang spesifik maka tidak ada dorongan atau motivasi untuk mencapai apa yang diidamkan selama ini. Oleh karenanya kami merasa bahwa tujuan keuangan menjadi sangat dibutuhkan.
Mungkin juga karena Anda tidak memiliki account tabungan atau investasi yang berbeda dengan tabungan pemakian sehari-hari. Karena bila tabungan untuk kebutuhan harian dan tabungan untuk tujuan masa datang berada dalam satu account maka akan sangat sulit untuk dapat menyisihkan sebagain dari tabungan tersebut. Karena semuanya berasal dan menuju kesatu tabungan. Ada baiknya bila Anda mulai memikirkan untuk membuka rekening tabungan atau investasi yang lain sebagai penempatan dana guna mencapai tujuan keuangan yang dimiliki.

Tabungan yang Harus Dialokasikan
Untuk itu dibutuhkan beberapa hal yang menjadi tujuan umum yang harus dimiliki oleh setiap keluarga dalam hal tujuan keuangan. Pertama adalah tabungan untuk kebutuhan jangka pedek. Kebutuhan tersebut atau tujuan tersebut adalah dana darurat.
Bila Anda belum memilikinya, sebaiknya alokasikan untuk kebutuhan darurat ini. Karena kita tidak tau apa yang akan terjadi satu menit atau bahkan satu detik yang akan datang. Menyisihkan dana darurat harus sebagai prioritas awal dalam hal perencanaan keuangan keluarga. Sebagai acuan, dana yang sebaiknya ditempatkan dalam dana darurat antara 3-6 bulan biaya hidup bulanan. Sebagai contoh, bila pengeluaran regular perbulan Anda adalah sebesar Rp 5 juta, maka tempatkan dana sebesar antara Rp 15 juta sampai Rp 30 juta sebagai dana darurat. Tempatkan dana, sehingga mudah untuk dicairkan atau dalam investasi dengan tingkat likuiditas yang tinggi.

Kedua, adalah kebutuhan atau tujuan keuangan jangka menengah. Dalam hal ini banyak sekali kebutuhan yang mungkin menjadi tujuan keuangan, misalkan membeli rumah dengan kredit sehingga membutuhkan uang muka sebagai awal transaksi. Atau untuk membeli mobil sebagai alat transportasi keluarga. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Ketiga, dan ini merupakan kebutuhan jangka panjang yaitu, biaya pendidikan anak dan dana pensiun. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya dapat memperoleh pendidikan yang terbaik. Karena pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan di masa datang. Tabungan untuk hal ini bisanya menjadi alternatif yang harus dipertimbangkan.
Perhitungkan dengan benar kebutuhannya dan mulailah menabung untuk tujuan tersebut. Untuk kebutuhan jangka panjang, waktu adalah sahabat Anda. Semakin panjang waktu yang dimiliki akan semakin kecil kebutuhan tabungan regular yang harus dialokasikan, dengan asumsi tingkat suku bunga serta besarnya kebutuhan yang diinginkan tetap sama.
Selain dari tabungan pendidikan, biasanya kebutuhan jangka panjang lainnya adalah dana pensiun. Hal ini biasanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga dibutuhkan perencanaan yang seksama dan dilakukan secara berkesinambungan. Mulailah sejak awal karena hal ini akan memberikan banyak kelebihan bagi Anda, baik dari pilihan investasi yang lebih beragam dan tentunya keuntungan waktu yang lebih panjang.

Strategi Menabung yang Jitu
Trik untuk menabung adalah mengetahui bagaimana caranya dan membuatnya menjadi kebiasaan. Terdapat banyak cara yang kurang lebih sudah pernah kami dbawah dalam beberapa artikel terdahulu untuk dapat mencapai tujuan yang ada. Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah jadikan menabung sebagai prioritas Anda.
Menabung secara sistematis
Sekaranglah Anda harus memulai untuk menabung. Banyak orang gagal dalam melakukan dan tetap menabung karena mereka memaksakan dirinya dengan jalan mengurangi kebutuhan setiap bulannya. Mereka memangkas sedikit pengeluaran disini dan disana. Walau sudah melakukan hal itu tetap saja mereka hanya dapat menyisihkan sedikit setiap bulannya.
Mungkin ada baiknya bila Anda merubah skenario menabung. Bila dipelajari Anda membayar orang lain terlebih dahulu bukannya diri Anda sendiri. Anda membayar tukang roti bila Anda membeli roti, Anda membayar tukang potong rambut langganan Anda apabila selesai menata rambut Anda. tapi pertanyaan, kapan Anda membayar untuk diri Anda sendiri?
Jadi sudah sebaiknyalah Anda membayar untuk diri Anda sendiri sebelum Anda membayar untuk orang lain. Menurut hemat kami, ada jalan dimana Anda dapat membayar untuk diri Anda sendiri, dengan menyisihkan 10 persen dari penghasilan bulanan setiap bulannya di depan, jangan setelah Anda menggunakannya selama sebulan atau apa yang tersisa tapi Anda harus menyisihkannya dimuka.
Mulai dengan minimal 10 persen dari pendapatan Anda yang Anda bayarkan untuk diri Anda sendiri, maka Anda akan memelihara angsa petelur emas yang akan menjadikan anda kaya. Sisa 90 persen dapat digunakan untuk membayar orang lain dan kami sangat yakin hal ini tidak akan membawa perubahan gaya hidup yang selama ini Anda jalankan.
Dengan memulai langkah ini akan membangun kebiasaan Anda dalam menabung. Sedikti demi sedikit mulailah untuk meningkatkan tabungan regular bulanan yang harus Anda sisihkan. Sekali lagi sesuaikan dengan tujuan keuangan yang Anda miliki dna mulailah menabung. Lakukanlah sejak dini dan hidup sejahtera saat Anda pensiun.

Diambil dari Harian Umum Sore Sinar Harapan Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN. Rubrik ini diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy Sembel, M. Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis.

Pentingnya Menabung Untuk Pensiun

Masa pensiun bisa jadi merupakan masa yang menggembirakan bagi sebagian orang, namun bisa juga menjadi masa yang penuh kegelisahan bagi sebagian lainnya. Mungkin banyak dari Anda yang bertanya, apa sih yang dimaksud dengan masa pensiun? Gampang saja, kok, masa pensiun adalah masa dimana kita bisa berhenti bekerja dan tentu saja berhenti mendapatkan penghasilan dari pekerjaan yang biasa kita tekuni.
Nah, apabila seseorang telah mempunyai cukup uang untuk membiayai kebutuhan-kebutuhannya di masa pensiun, tentu ini akan sangat menggembirakan. Bayangkan, kebutuhan bisa tetap tercukupi tanpa harus bekerja lagi. Waktu dan tenaga yang biasanya dihabiskan untuk bekerja dapat digunakan untuk beristirahat atau melakukan hal-hal yang menjadikan kegemaran kita. Tetapi sebaliknya, bila pada masa pensiun, seseorang tidak atau belum mempunyai cukup uang untuk membiayai hidupnya, maka yang terjadi bukannya bersantai, melainkan gelisah mencari cara supaya bisa tetap hidup. Betul, kan?

Banyak orang, terutama yang bekerja sebagai pegawai, merasa optimis bahwa dirinya akan bisa menikmati masa pensiun secara menyenangkan.
“Perusahaan saya, kan punya dana pensiun untuk saya nanti, buat apa saya mesti pusing-pusing mikirin persiapan uang pensiun…,” begitu komentar sebagian dari mereka.
Benar, setiap orang tentu ingin mengalami masa pensiun yang menyenangkan dan bukannya menggelisahkan. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang menyediakan dana pensiun untuk karyawan yang telah bekerja keras selama ini, sehingga mereka bisa pensiun dengan tenang.
Tapi, pernahkah Anda menghitung berapa jumlah Dana Pensiun yang akan Anda dapatkan kelak dari perusahaan? Bila ya, pernahkah Anda menghitung berapa sebenarnya kebutuhan hidup Anda setelah pensiun kelak? Dan pernahkah Anda membandingkan keduanya, sehingga Anda mengetahui apakah uang pensiun Anda cukup atau tidak untuk membiayai hidup Anda?
Yang sering terjadi, jarang orang mencoba mencari tahu apakah uang pensiunnya cukup untuk membiayai kehidupan masa pensiunnya kelak. Mereka hanya menggantungkan uang pensiun dari perusahaan sebagai sumber biaya hidup di masa pensiun. Padahal, hanya dia sendiri yang tahu persis berapa kebutuhan hidupnya setelah pensiun, bukan perusahaan.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengetahui apakah uang pensiun Anda cukup atau tidak sebagai gantungan hidup Anda kelak. Bila cukup, mungkin tidak jadi masalah. Tapi bila tidak, maka Anda, mau tak mau, harus menambahnya sendiri, sehingga kelak terkumpul cukup dana untuk membiayai kehidupan pensiun Anda.

DUA CARA MENAMBAH DANA PENSIUN
Sebelumnya, kita sudah menyinggung perlunya menambahkan sendiri dana pensiun bila ternyata nantinya, setelah dihitung, Uang Pensiun yang Anda terima dari perusahaan tidak cukup untuk membiayai kehidupan pensiun Anda. Lalu, bagaimana cara menambahkan sendiri dana pensiun Anda? Secara garis besar, ada 2 cara yang bisa Anda lakukan:
Membuka usaha sampingan
Menabung secara rutin
Kita akan membahas untung-rugi setiap dari alternatif cara tersebut satu-persatu:

1. Membuka Usaha Sampingan
Membuka usaha sampingan, intinya adalah menambah penghasilan di luar pekerjaan, sehingga hasil dari usaha sampingan ini bisa digunakan sebagai tambahan dana untuk membiayai kehidupan pensiun. Membuka usaha sampingan bisa sangat menguntungkan, karena biasanya dengan membuka usaha, bisa didapat hasil yang besar dalam tempo yang lebih cepat.
Namun perlu diingat, keberhasilan tersebut bisa didapat hanya dengan pengelolaan yang baik dan konsentrasi penuh. Hal yang kedua inilah yang sulit didapat, mengingat Anda masih terikat pada pekerjaan. Seringkali seseorang terlalu fokus pada pekerjaan sampingannya, sehingga pekerjaan utamanya malah jadi terbengkalai. Ini tentunya malah bisa menimbulkan kondite buruk yang dapat menghambat karier Anda dan juga menghambat penghasilan dari pekerjaan utama.
Membuka usaha sampingan juga tidak lepas dari risiko, terutama risiko finansial. Tidak tertutup kemungkinan, usaha sampingan juga bisa merugi. Kalau itu yang terjadi, bukannya tambahan dana untuk biaya pensiun yang didapat, tapi bisa-bisa dana untuk biaya hidup sekarang pun habis untuk nombok. Tapi, bukan berarti Anda tidak boleh membuka usaha sampingan untuk mempersiapkan pensiun Anda, lho. Anda tetap bisa membuka usaha sampingan untuk mempersiapkan pensiun, asal siap dengan segala konsekuensi yang akan Anda hadapi.

2. Menabung Secara Rutin
Alternatif kedua ini relatif lebih mudah daripada yang pertama. Anda bisa menyisihkan sebagian uang dari penghasilan rutin untuk dimasukkan ke dalam tabungan. Nantinya, tabungan tersebut akan berkembang terus hingga mencapai jumlah yang cukup besar.
Keuntungan dari menabung ini adalah Anda tidak perlu mengorbankan waktu dan pikiran, sehingga bisa tetap berkonsentrasi ke pekerjaan utama Anda. Dengan tetap berkonsentrasi pada pekerjaan utama, kinerja Anda pun bisa semakin baik, dan otomatis penghasilan juga bisa membaik. Jadi, Anda mendapatkan keuntungan ganda: karier dan penghasilan yang semakin baik, serta penghasilan dari terus berkembangnya tabungan. Namun, bukan berarti menabung tidak ada kelemahannya. Kelemahannya, dengan menabung, berarti jangka waktu Anda mengumpulkan dana tersebut bisa lebih panjang daripada membuka usaha sampingan. Tak perlu khawatir, kelemahan ini bisa diatasi dengan mulai menabung sejak dari sekarang.

KEBUTUHAN HIDUP DI MASA PENSIUN
Mungkin Anda pernah berkata, “Kalau saya pensiun nanti, biaya hidup saya pasti akan turun. Saya, kan nggak neko-neko.” Pendapat tersebut ada benarnya, namun tidak seluruhnya benar. Neko-neko atau tidak, pada masa pensiun, akan ada perubahan jumlah biaya untuk setiap pos pengeluaran Anda. Dan karena Anda sudah tidak bekerja lagi, maka besar kemungkinan biaya transportasi serta busana dan asesoris akan menurun jumlahnya.
Sebaliknya, karena usia Anda saat itu sudah beranjak tua, biaya kesehatan biasanya akan meningkat pesat. Biaya untuk hobi dan hiburan juga meningkat, seiring makin banyaknya waktu luang yang Anda miliki. Sedangkan pos belanja pribadi, telepon, air, dan listrik biasanya cenderung tetap. Dari perkiraan naik dan turunnya biaya setiap pos pengeluaran ini, Anda bisa menghitung sendiri berapa kira-kira kebutuhan hidup Anda nanti setelah pensiun.

CARA MUDAH,MENABUNG SECARA RUTIN
Menabung secara rutin bisa menjadi alternatif mendapatkan tambahan uang pensiun secara mudah. Cukup dengan menyisihkan sebagian dari penghasilan setiap bulan, maka di kemudian hari, Anda bisa memetik hasilnya. Memang, tak bisa dipungkiri bahwa menabung merupakan alternatif yang memakan waktu lebih lama daripada membuka usaha. Oleh karena itu, kita bisa menyiasatinya dengan cara menabung sedini mungkin, yaitu mulai dari sekarang. Apabila Anda menabung sendiri, maka Anda harus bisa memperkirakan jangka waktu tabungan dan besarnya tingkat hasil yang didapat (return), agar bisa mendapatkan hasil tabungan yang bisa mencukupi kebutuhan dana pensiun Anda kelak.
Seringkali, orang menganggap remeh menabung secara rutin, apalagi dalam nominal kecil. Seratus ribu atau duaratus ribu per bulan, misalnya. Tapi, percaya atau tidak, pepatah lama “Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit” itu memang terbukti. Cukup dengan, misalnya uang Rp 500 ribu per bulan, Anda bisa mendapatkan sejumlah uang yang cukup besar setelah jangka waktu tertentu. Berikut ini ada ilustrasi jumlah yang akan Anda dapatkan apabila Anda menabung sebesar Rp 500 ribu per bulan selama 15 tahun, dengan asumsi tingkat suku bunga atau hasil tertentu.
TABEL:Jangka waktu 15 tahun Setoran tabungan:Rp 100 ribu/bulan ASUMSI TINGKAT HASIL (return) per tahun
10 % =Rp. 41.792.427
15 % =Rp. 67.686.309
20 % =Rp. 113.429.490
Dengan asumsi bunga berbunga bulanan
Dari ilustrasi di atas, Anda bisa melihat bahwa bila Anda menabung rutin Rp 500 ribu tiap bulan ke dalam, katakanlah, produk investasi di bank dengan suku bunga 10 persen per tahun, maka setelah 15 tahun, uang Anda akan menjadi sekitar Rp 200 juta lebih. Bila Anda menabung dengan tingkat hasil 15 persen, uangnya menjadi Rp 338 juta lebih, dan bila tingkat hasilnya 20 persen, jumlah uangnya akan menjadi hampir Rp 567 juta lebih. Padahal, total setoran Anda selama 15 tahun tersebut hanyalah sebesar Rp. 500.000 X 12 bulan x 15 tahun = Rp 90 juta. Luar biasa, bukan? Hanya dengan menabung Rp 90 juta, Anda bisa mendapatkan hasil investasi yang banyak sekali.
Jadi, tunggu apalagi? Menabunglah dari sekarang untuk masa pensiun Anda.

Safir Senduk
Dikutip dari Tabloid NOVA No.803/XIII

Wednesday, June 13, 2007

A Secret of Financial Management

By: Safir Senduk
From IndoExchange.com
A huge earning is usually considered for measuring the wealth of someone. However, why do so many people with huge income frequently end up running out of money in the middle or at the end of the month? What is the problem?If you have a job now, do you remember the first one you ever had? Usually, the first experience on work is the most unforgettable experience.Let's take an example. Anto was still living with his family until he got a job at the age of 23, as a clerk in a trading company. At that time, he had just graduated. Although he had to go through a probationary period, Anto was so excited when he knew that he would get his first salary. His salary was Rp 600,000, which he would receive on the 27th.We can guess what he would want to do: he wanted to treat his family. He wanted to express his gratitude for getting a salary for the first time in his life, and he also wanted to show them that he was independent now.Let's see: he received the salary on the 27th. On the 29th he took his family out for a meal in an all-you-can-eat restaurant, so each of them could satisfy their appetite. The pre-tax cost for one person was Rp 22,000, and after tax was Rp 24,200 per person. All of his family members were 7, consisting of his father, mother, one big brother and 3 annoying younger brothers. All was 6, plus Anto made it 7. It means that he had to pay the dinner bill of Rp 169,400. Which means, only 2 days after he received his salary, he had already spent 28% out of his salary for that month. So, he had only Rp 430,600 left for the rest of the month."No problem", thought Anto. "It's my own family that I treated, not other people. Besides, it's not every day I do that. Once a month is enough." Days went by. One week, 2 weeks, 3 weeks. "Hmm…that stuff in the mall looks pretty good. There is a very interesting looking shirt. Okay, it costs Rp 28,000. There's also this nice pair of trousers to wear for work. Very cheap, costs only Rp 65,000. It won't hurt to look stylish at the office". He then started buying things. "Okay", Anto thought, "one shirt and a pair of pants for this month. The rest of my salary would be used for transportation and food until the end of the month" .What happened? On the 24th of the next month, just three days before his second-month payday, he had only Rp 50,000 left.Anto started thinking. Okay...., such was because he spent most of his money to treat his family. Also this was his first time working. Within the coming months, his finance would be better.The second month, he got his salary again. Still in the same amount. No raise yet. The difference was no more treating the family. Days and weeks went by. A few days before his third salary, he only had Rp 75,000 left.Three months passed by, he was finally accepted as permanent employee. He got a Rp 150,000 raise to Rp 750,000. "Not bad", Anto thought. This meant that I would be able to "breath" and save a little. But strangely, a few days before even one month period ended, his still had only little money left. The sixth month, the seventh month, the eight month, although he got a raise, but he still ran out of money and could not put any into savings.As a matter of fact, Anto is not the only one, whose income is under Rp 1m, with this problem. Even people with millions per month income still have trouble saving money.What is really happening? Many people think that by getting a raise, they will not run out of money in the middle of the month and they can save for sure. Every month they hope that they will get a raise the next months. But after they really get a raise, they still run out of money.It is clear that the solution here lies not on how big your income is. The amount of your income does not guarantee that you will not run out of money in the middle of the month. The size of your income does not guarantee that you will be able to save. The key here is not how much money you make, but how you manage your income so that it can be stretched in a one-month period.There is no fixed way on the right method to manage your finance. However, based from experiences, there are several things that can help you manage your finance well each month:Plan your income and outcome every month.Carry out the plan strictly.Have reserved fund.Join insurance plan.In the next number, we will discuss each of the approaches

Thursday, May 31, 2007

Kegagalan Finansial, Apa Penyebabnya?

Sebuah keluarga bagai sebuah perusahaan, membutuhkan perencanaan. Tidak banyak perbedaan mengelola keuangan sebuah perusahaan dengan keuangan keluarga. Keduanya sama-sama memiliki pemasukan dan juga pengeluaran. Tentunya tujuan-tujuan keuangan keduanya memiliki perbedaan. Tapi tetap memiliki sebuah tujuan yang sama mencapai kesejahteraan serta keuntungan bagi anggotanya.
Apakah dengan perencanaan, kesuksesan finansial pasti menjadi kenyataan? Kami bisa katakan ‘tidak’. Mengapa? karena banyak sekali faktor yang bisa mengubah jalur perencanaan yang sudah kita tetapkan di depan.
Apakah Anda tau, musuh terbesar dalam mencapai kesuksesan keuangan? Apakah bank? Atau kartu kredit? Kami bisa katakan ‘bukan’. Bila Anda harus memilih musuh terbesar Anda dalam mencapai kesuksesan finansial, dimana Anda akan mencarinya?

Jawabnya, lihatlah ke cermin. Orang inilah yang harus Anda waspadai dengan baik. Orang inilah yang memiliki kartu kredit terlalu banyak, orang inilah yang melihat berbagai iklan di TV dan membaca berbagai majalah dan mengambil keputusan hanya karena iklan. Inilah orang yang kurang teliti dalam hal keuangannya dan jatuh dalam kesulitan.
Alasan Kegagalan
Untuk itulah, kami mencoba berbagai beberapa hal yang menurut hemat kami harus dihindari agar kesuksesan finansial yang Anda inginkan bukan hanya sekedar mimpi tapi adalah kenyataan.
Alasan pertama, kurangnya pengetahuan atau lebih tepatnya, kurangnya dorongan untuk terus belajar. Coba berusaha untuk membaca berbagai informasi mengenai keuangan keluarga mulai dari majalah, Koran atau bahkan buku-buku keuangan. Dengan pengetahuan dasar seperti konsep bunga berbunga akan membuka mata Anda betapa pentingnya memulai investasi sedini mungkin.
Kami yakin Anda sudah memahami Rule of 72. Rule 72 ini membantu Anda menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk dana Anda berkembang menjadi dua kali lipat. Caranya, dengan membagi 72 dengan bunga yang Anda peroleh dari investasi yang ditempatkan.
Hasilnya adalah waktu yang dibutuhkan dana Anda untuk tumbuh menjadi dua kali lipat. Misalkan, bunga yang Anda peroleh dari tabungan adalah sebesar 6%, maka dana Anda akan bertumbuh menjadi dua kali lipat dalam waktu 12 tahun (72/6 = 12). Bagaimana bila hasil investasinya 12%?
Tentunya jangka waktu uang Anda menjadi dua kalipat akan semakin pendek, enam tahun. Dan semakin panjang waktu yang Anda miliki akan memberikan tingkat perkembangan yang sangat besar, karena compound interest bukan merupakan persamaan linear, 1,2, 3, 4 dst. Tapi itu merupakan fungsi geometrik 1, 2, 4, 8, 16, 32 dan seterusnya. Perhatikan bahwa perkembangannya akan semakin besar dengan berjalannya waktu.
Alasan kedua mengapa kita gagal mencapai kesuksesan finansial adalah karena gagal untuk memulai perencanaan. Dalam salah satu bukunya Ric Edelman menyebutkan sedikitnya empat masalah utama yang membuat orang gagal menciptakan kesuksesan finansial sebagaimana mereka harapkan, yakni:1. Sikap suka menunda-nunda (procrastination);2. Kebiasaan menghabiskan (spending habits);3. Inflasi yang terus meningkat (inflation); dan …4. Pajak (taxes).
Dua hal pertama yang disebutkan Edelman lebih merupakan masalah personal/pribadi, sementara dua hal lainnya boleh dikatakan sebagai masalah “sosial”. Atau dapat juga dikatakan bahwa dua hambatan pertama merupakan faktor “internal”, sementara dua yang lainnya bersifat “eksternal”.
Faktor “internal” harus diatasi dan diselesaikan pada level personal. Sikap suka menunda-nunda perencanaan keuangan, misalnya, hanya dapat diatasi oleh pihak yang bersangkutan dan tidak mungkin diselesaikan oleh pihak lain, termasuk oleh financial planner. Demikian juga soal kebiasaan membelanjakan uang.
Berbeda dengan faktor “internal” yang lebih merupakan tanggung jawab pribadi, faktor “eksternal” berkaitan dengan kondisi sosial dan perekonomian suatu negara. Tidak banyak orang yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan mengatur soal perpajakan dalam suatu negara. Yang mungkin dapat dilakukan oleh orang perseorangan dalam mengatasi hal ini adalah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang muncul dengan menarik pelajaran dari sejarah masa lalu. Artinya, sekalipun inflasi dan pajak tidak dapat kita kontrol, namun kita tetap dapat menentukan sikap pribadi terhadap hal-hal tersebut.
Alasan ketiga, mengabaikan persoalan hutang yang dimiliki. Hutang kartu kredit sangat membahayakan kestabilan keuangan keluarga Anda. Mengetahui bahwa Anda berhutang kepada sebuah perusahaan dan Anda dibebani bunga lebih dari 40% pertahunnya. Ketakutan Anda tidak dapat melunasi hutang tersebut akan selalu menghantui Anda siang dan malam.
Berkaitan dengan penggunaan kertu kredit, kami menyarankan untuk menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran keperluan sehari-hari atau biaya bulanan yang sudah dianggarkan. Sehingga bila tagihan bulanan datang, Anda dapat langsung membayar lunas. Kami juga menyarankan untuk menggunakan kartu kredit untuk keperluan darurat. Dengan memiliki kartu kredit kita memiliki plafon hutang yang tersedia langsung untuk kebutuhan darurat.
Alasan keempat, gagal merencanakan proteksi bagi keluarga. Risiko kehilangan pendapatan keluarga lebih berbahaya daripada hanya sekedar kerugian investasi.
Kehilangan pendapatan regular bisa mengakibatkan perubahan keadaan keuangan yang tadinya aman dan tentram berubah menjadi berantakan. Risiko kehidupan seperti kematian dan PHK dapat berdampak buruk terhadap keuangan keluarga bila anda tidak menjaga dan merencanakannya dengan bijak. mulailah merencakan kebutuhan proteksi keluarga.
Alasan kelima, tidak memiliki disiplin menabung yang baik. Dengan penghasilan yang terbatas, Anda harus menyisihkan uang sedikit demi sedikit secara regular. Pola investasi dollar cost averaging menjadi keharusan. Lakukan penyisihan uang untuk tujuan masa depan Anda secara terus menerus.
Dengan investasi sedikit pada awalnya, dengan berjalannya waktu dan terus menyisihkan dana, pada akhirnya akan terkumpul juga dana yang besar. Waktu adalah satu-satunya yang akan membuat uang sedikit yang Anda investasikan menjadi kekayaan. Namun, lakukan hal tersebut terus menerus, jangan putuskan rantai bunga berbunga.
Dan terakhir, kebiasaan menunda-nunda. Banyak orang gagal untuk memulai program menabung sampai itu sudah terlambat. Banyak orang yang menunda-nundanya dengan berbagai alasan. Misalnya, Anda mengatakan “Saya pikir saya tidak memiliki uang untuk disisihkan”. Jawaban kami adalah dengan bermodalkan dana terbatas Anda dapat memulai untuk berinvestasi di Reksadana.
Atau Anda berkata “Saya takut melakukan hal yang salah”. Maka jawaban kami dalam hal ini adalah dengan tidak melakukan sesuatu akan lebih parah dari pada Anda melakukan kesalahan dan terus memperbaikinya.
Satu hal yang menurut hemat kami sangat penting adalah perubahan yang terjadi di sektor keuangan pastinya lebih cepat dari perubahan kehidupan yang Anda jalani. Oleh karenanya kami kami berharap bahwa Anda melihat pentingnya untuk melakukannya sekarang, kami maksud adalah saat ini.
Sumber: Harian Umum Sore Sinar Harapan

Tuesday, April 17, 2007

Rumus Ekonomi Y = C + I

Seseorang mengirimkan email kepada saya, mengeluhkan bahwa setiap bulannya tidak dapat berinvestasi. Beliau merasa bahwa yang diperlukan pada saat ini adalah peningkatan pendapatan. Setelah pendapatan meningkat, baru bisa berinvestasi. Saya membalas dengan menerangkan bahwa solusi yang lebih tepat adalah dengan mengendalikan pengeluaran, atau menekan konsumsi.
Balasan email yang saya dapat cukup mengejutkan. Orang tadi mengatakan bahwa setelah membaca penjelasan dari saya, beliau teringat dengan satu buah rumus ekonomi:
Y = C + I
Berikut adalah penjelasan dari beliau:Y=PendapatanC=KonsumsiI=InvestasiJadi kesimpulannya investasi adalah SISA dari kelebihan pendapatan yang tidak dikonsumsi.
Sehabis membaca penjelasan tersebut, saya hanya bisa tertawa kecil. Bagaimana mungkin Anda bisa menabung dengan pola pikir seperti itu?
Sebagai contoh kita katakan saja bahwa tiap tanggal 30 Anda menerima gaji. Pada tanggal 30 April 2007, Anda menerima secara penuh gaji Anda sebesar Rp. 5.000.000,-. Gaji ini Anda gunakan untuk keperluan konsumsi Anda. Pada tanggal 29 Mei 2007 (pas satu hari sebelum Anda menerima gaji berikutnya), saya datang bertanya “Berapa sih sisa gaji Anda yang bisa diinvestasikan untuk bulan ini?”. Kira-kira angka berapakah yang menjadi jawaban Anda?
Berdasarkan ilmu pengelolaan keuangan pribadi, Anda harus dapat menyimpan setidaknya 10% dari total pendapatan Anda. Jadi dalam kasus ini, Anda harus memiliki Rp. 500.000,- sisa uang di akhir bulan untuk diinvestasikan. Dapatkah Anda melakukannya? Hanya 1 dari setiap 10 orang yang dapat melakukan hal ini. Apabila Anda dapat melakukannya, maka SELAMAT! Anda sudah menguasai teknik dasar pengelolaan keuangan pribadi. Anda adalah cikal bakal orang kaya.
Di sisi lain, jawaban dari kebanyakan orang adalah nol. Seluruh pendapatan sudah dihabiskan untuk konsumsi. Dengan kata lain, tidak ada sisa untuk diinvestasikan. Malah dengan gaya hidup sekarang, saldo akhir bulan cenderung minus. Mengapa bisa begitu? Sebab jumlah tagihan kartu kredit yang belum terbayar semakin membengkak. Besar pasak daripada tiang.
Dimana letak permasalahannya? Kesalahan yang paling fatal disini adalah mendahulukan konsumsi. Biasanya orang yang diberi jatah uang untuk konsumsi, maka orang tersebut cenderung akan menghabiskan seluruh uangnya. Tidak ada sisa. Jadi kalau kita mengatakan bahwa “investasi adalah sisa pendapatan setelah konsumsi”, artinya tidak ada jatah uang lagi untuk investasi. Pada akhir bulan Anda akan melihat isi kocek Anda yang sudah nyaris kosong dan mengatakan “ah, bulan depan saja saya mulai berinvestasi”. Dan begitu juga yang akan terjadi pada bulan-bulan berikutnya.
Rumus diatas mungkin bisa berlaku dalam ekonomi makro. Namun bisa Anda ingin mengimplementasikannya ke dalam keuangan pribadi Anda, rumusnya harus diubah menjadi:
Y = I + C
Jadi, setelah menerima pendapatan, gunakanlah terlebih dahulu untuk berinvestasi, sisanya baru digunakan untuk konsumsi.
Untuk kasus yang sama dengan diatas. Setelah menerima gaji sebesar Rp. 5.000.000,- pada tanggal 30 April 2007, segeralah transfer uang sebesar Rp. 500.000,- ke rekening khusus tabungan. Kalau bisa jangan sampai lebih dari tanggal 5 Mei (jangan lebih dari seminggu). Uang pada rekening khusus tabungan ini tidak boleh digunakan kecuali dalam kondisi darurat. Nah, jadi uang yang boleh dibelanjakan pada bulan itu hanya tinggal Rp. 4.500.000,-. Dengan cara seperti ini, Anda pasti berinvestasi Rp. 500.000,- setiap bulannya.

ingin, mengetahui lebih dalam mengenai keuangan pribadi? klik disini

Shopping Hemat

Memilih tempat belanja yang tepat boleh jadi adalah langkah pertama untuk hemat berbelanja. Tapi bukan hanya faktor tempat saja yang bisa mempengaruhi hemat atau tidaknya shopping kita. Terkadang pemilihan waktu yang tepat untuk belanja juga bisa menjadi faktor yang menentukan.
Oke, sekarang kita bicarakan satu persatu bagaimana pemilihan tempat dan penetuan waktu belanja bisa ikut menentukan seberapa hemat Anda berbelanja.
Tempat
Kalau saya ditanya dimanakah tempat yang paling hemat untuk belanja, saya tentunya akan menjawab, belanja di pabriknya langsung. Tapi sayangnya, hampir tidak mungkin belanja langsung ke pabriknya dan mendapatkan “harga pabrik” karena bagi pabrik hal itu tentunya tidak efisien untuk melayani setiap konsumennya di pabrik.
Kalau begitu, cari tempat yang sedekat mungkin dengan pabriknya atau produsennya. Biasanya, semakin dekat dengan produsen akan semakin murah. Dekat disini tentunya bukan berarti jaraknya yang dekat, melainkan jalur distribusinya yang dekat. Dalam arti harga di agen atau toko grosir pasti lebih murah daripada harga di toko, dan harga di toko biasanya juga lebih murah dari harga di pengecer.
Tapi rumusan ini tidak selamanya bisa dipakai. Karena terkadang ada juga tempat belanja yang bisa dapat barang langsung dari pabriknya tapi bisa lebih mahal daripada toko yang harus beli melalui agen. Hal ini tergantung dengan efisiensi di toko tersebut. Semakin efisien suatu toko, semakin sedikit juga ia mengambil untung. Contohnya adalah toko di pasar tradisional yang terkadang bisa lebih murah dari pada toko grosir. Apalagi kalau pintar menawar, bisa beruntung dapat setengah harga dari yang ditawarkan.
Satu lagi tempat belanja yang bisa lebih murah dari yang lainnya adalah kawasan belanja yang menjadi pusat penjualan suatu produk tertentu. Misalnya pasar Tanah Abang untuk produk garment dan tekstil, dan kawasan Glodok untuk barang-barang elektronik. Sedangkan untuk mendapatkan handphone dengan harga miring, kita bisa datang ke Roxi sebagai pusat penjualan handphone. Pusat penjualan ini bisa menawarkan harga yang lebih murah karena bisa dikatakan sebagian besar pedagang berkumpul disana. Karena banyak pedagang, mau tidak mau mereka akan menetapkan harga semurah mungkin agar bisa bersaing dengan pedagang lainnya.
Waktu
Walaupun sudah dapat ke tempat yang hemat untuk belanja, bukan jaminan bahwa kita bisa benar-benar berhemat dengan kantong belanjaan kita. Karena walaupun tempat belanjanya sudah menawarkan harga yang murah, tapi kalau kita mudah tergoda untuk belanja di luar keperluan, maka belanja kita sudah tidak bisa lagi dibilang hemat.
Karena terkadang, bukan hanya tempat yang menentukan hemat atau tidaknya belanja kita. Selain faktor tempat, faktor waktu juga ternyata berperan dalam upaya penghematan. Kalau belanja di waktu yang tepat, kita mungkin bisa dapat barang yang berkualitas dengan harga miring. Tapi kalau belanja di waktu yang tidak tepat, bisa jadi bukannya hemat yang didapat malah boros yang terjadi.
Untuk menentukan waktu yang tepat untuk belanja barang-barang tertentu, terkadang kita harus tahu musimnya. Contoh sederhana adalah ketika ingin membeli buah-buahan, produk ini harganya naik atau turun seiring dengan musimnya. Kalau Anda ingin membeli buah-buahan untuk di rumah, pilihlah buah-buah yang sedang musim. Biasanya pusat perbelanjaan atau toko menawarkan harga khusus untuk buah yang sedang musimnya.
Beda halnya dengan membeli pakaian. Untuk membeli pakaian, justru hal sebaliknya yang terjadi. Jangan ikuti musim. Pakaian justru didiskon ketika musimnya sudah lewat. Hal ini mungkin terlihat jelas di negara dengan 4 musim. Disana, pakaian hangat diobral habis jika musim dingin sudah berlalu. Dan pakaian musim dingin pun didiskon besar-besaran begitu salju sudah mencair.
Bagaimana dengan di Indonesia? Walau tidak seekstrim itu, tapi prinsipnya sama saja. Mungkin bukan musim dalam arti cuaca yang mempengaruhi tapi musim dalam arti mode. Ada kebijakan tertentu dari toko pakaian untuk mendiskon jenis pakaian tertentu karena sudah mulai ketinggalan mode. Padahal, mode bagi sebagian masyarakat adalah nomor tiga ketika membeli pakaian. Nomor satunya adalah harga, dan nomor duanya adalah kualitas.
Ada satu kebiasaan dari pedagang yang unik yang bisa kita manfaatkan untuk mendapatkan barang bagus dengan harga murah. Yaitu kebiasaan untuk memberi penglaris dan penghabis untuk barang-barang yang bisa ditawar. Biasanya pedagang memberikan diskon khusus untuk konsumen mereka di pagi hari sebagai penglaris. Dan mereka juga terkadang memberikan diskon khusus untuk yang pembeli terakhir yang menghabiskan barang dagangannya di hari itu. Tapi ingat, hal ini cuma berlaku untuk produk yang cepat rusak dan dijual harian seperti bahan makanan, sayuran dan kue basah.
Kalau ada waktu yang baik untuk belanja tentunya juga ada waktu yang buruk untuk belanja. Misalnya ketika lapar, hindari belanja ketika lapar. Karena rasa lapar akan menambah napsu belanja, terutama belanja produk makanan. Hindari juga belanja ketika bosan atau sedih. Karena kalau Anda bosan atau sedih, kemudian menjadikan belanja sebagai jalan keluar, biasanya Anda akan lebih banyak cuci mata dan window shopping. Dan hal ini bisa mendorong untuk belanja diluar kebutuhan.
Begitu juga kalau suasananya sedang tidak enak seperti kecapekan, kepanasan atau kedinginan. Karena kondisi tubuh yang tidak fit bisa membuat Anda tidak tenang belanja dan ingin segera pulang. Akhirnya Anda pun terburu-buru dan malas untuk menawar untuk memilih harga yang lebih murah. Inginnya transaksi cepat seleai dan segera pulang. Alhasil, masalah harga pun luput dari perhatian.

Ahmad GozaliDikutip dari Majalah Alia

Wednesday, March 07, 2007

A to Z...

A : Accept. Terimalah diri anda sebagaimana adanya.

B : Believe. Percayalah terhadap kemampuan anda untuk meraih apa
yang anda inginkan dalam hidup.

C : Care. Pedulilah pada kemampuan anda meraih apa yang anda
inginkan dalam hidup.

D : Direct. Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan
kepercayaan diri.

E : Earn. Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap
berusaha menjadi yang terbaik.

F : Face. Hadapi masalah dengan benar dan yakin.

G : Go. Berangkatlah dari kebenaran.

H : Homework. Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk
pengumpulan informasi.

I : Ignore. Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan anda
mencapai tujuan.

J : Jealously. Rasa iri dapat membuat anda tidak menghargai
kelebihan anda sendiri.

K : Keep. Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.

L : Learn. Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.

M : Mind. Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip
tentang orang lain.

N : Never. Jangan terlibat skandal seks, obat terlarang, dan
alkohol.

O : Observe. Amatilah segala hal di sekeliling anda. Perhatikan,
dengarkan, dan belajar dari orang lain.

P : Patience. Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat anda
terus berusaha.

Q : Question. Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan
menambah ilmu.

R : Respect. Hargai diri sendiri dan juga orang lain.

S : Self confidence, self esteem, self respect. Percaya diri,
harga diri, citra diri, penghormatan diri akan membebaskan kita
dari saat-saat tegang.

T : Take. Bertanggung jawab pada setiap tindakan anda.

U : Understand. Pahami bahwa hidup itu naik turun, namun tak ada
yang dapat mengalahkan anda.

V : Value. Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah
melakukan yang terbaik.

W : Work. Bekerja dengan giat, jangan lupa berdo'a.

X : X'tra. Usaha lebih keras membawa keberhasilan.

Y : You. Anda dapat membuat suatu yang berbeda.

Z : Zero. Usaha nol membawa hasil nol pula.

Makna Kepemimpinan

Oleh: Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel
Dari up your business Now!

Topik kali ini sengaja dipilih untuk merenungkan kembali makna kepemimpinan
yang sejati. Kepemimpinan sering diartikan dengan jabatan formal, yang
justru menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang
seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin atau pejabat yang
ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam
kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin
yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan
yang melayani.

Sebuah buku yang menarik tentang kepemimpinan yang melayani (servant
leadership) ditulis oleh Dr. Kenneth Blanchard dan kawan kawan, berjudul
Leadership by The Book (LTB). Ken Blanchard adalah juga co-author dari
buku-buku manajemen yang sangat laris, seperti The One Minute Manager,
Raving Fans, Gung Ho, dan Everyone's Coach. Buku LTB mengisahkan tentang
tiga orang karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang melayani,
yaitu seorang pendeta, seorang professor, dan seorang profesional yang
sangat berhasil di dunia bisnis. Tiga aspek kepemimpinan tersebut adalah
HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA atau pikiran yang melayani
(servant HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).

Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan)

Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan
menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter.

Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk
melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan
integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh
rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin
yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki
integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika
kampanye dalam Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk
nyaman di kursinya.

Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri
dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang
melayani, yaitu:

Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang
dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun
golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini
sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti
ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang
kita temui di republik ini.

Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan
mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam
kelompoknya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell
berjudul Developing the Leaders Around You.

Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi
sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi
tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota
dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang
dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang
dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan,
kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah
akuntabilitas (accountable).

Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat
diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota
organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar
setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan
kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang
dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika
tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang
pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan
tidak mudah emosi.

Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan)

Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter
semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar
dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki
kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang
pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama
sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik.

Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol
perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman
Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin
yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini
karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.

Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini.

Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena
itu seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal
agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill
atau personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah
ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut
dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat
diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan.

Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu:

Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan
sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong
terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun
sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi
tersebut.

Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear
vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan
dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner,
yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju.

Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau
organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa
visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong
sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang
dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa
generasi.

Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role.
Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi
bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi
tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan
untuk mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya
dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian
dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam
mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi
organisasinya.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi
orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki
kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam
menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran,
rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan
sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari
anak buahnya.

Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan)

Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta
memiliki kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan
perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard
tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu:

Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi
sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya
dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi
untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan,
dikatakan dan diperbuatnya.

Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar
kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat
memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat
penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan
hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan
status dan kekuasaan semata.

Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek,
baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.
Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap
komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan),
prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami
sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa
Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence:

SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual
adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).

Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate
Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa
perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ
yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas,
terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain
dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik,
memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik
bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.

Bergerak !

Oleh: Rhenald Kasali
www.detik.com

“Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yang bergerak belum tentu menyelesaikan (perubahan).”

Kalimat ini mungkin sudah pernah Anda baca dalam buku baru Saya, “ChaNge”. Minggu lalu, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat, iseng-iseng Saya mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Di tengah-tengah ratusan orang yang tengah menyimak isi buku, Saya tawarkan uang itu. “Silahkan, siapa yang mau boleh ambil,” ujar Saya. Saya menunduk ke bawah menghindari tatapan ke muka audiens sambil menjulurkan uang Rp 100.000.

Seperti yang Saya duga, hampir semua audiens hanya diam terkesima. Saya ulangi kalimat Saya beberapa kali dengan mimik muka yang lebih serius. Beberapa orang tampak tersenyum, ada yang mulai menarik badannya dari sandaran kursi, yang lain lagi menendang kaki temannya. Seorang ibu menyuruh temannya maju, tetapi mereka semua tak bergerak. Belakangan, dua orang pria maju ke depan sambil celingak-celinguk.

Orang yang maju dari sisi sebelah kanan mulanya bergerak cepat, tapi ia segera menghentikan langkahnya dan termangu, begitu melihat seseorang dari sisi sebelah kiri lebih cepat ke depan. Ia lalu kembali ke kursinya. Sekarang hanya tinggal satu orang saja yang sudah berada di depan Saya. Gerakannya begitu cepat, tapi tangannya berhenti manakala uang itu disentuhnya. Saya dapat merasakan tarikan uang yang dilakukan dengan keragu-raguan. Semua audiens tertegun.

Saya ulangi pesan Saya, “Silahkan ambil, silahkan ambil.” Ia menatap wajah Saya, dan Saya pun menatapnya dengan wajah lucu. Audiens tertawa melihat keberanian anak muda itu. Saya ulangi lagi kalimat Saya, dan Ia pun merampas uang kertas itu dari tangan Saya dan kembali ke kursinya. Semua audiens tertawa terbahak-bahak. Seseorang lalu berteriak, “Kembalikan, kembalikan!” Saya mengatakan, “Tidak usah. Uang itu sudah menjadi miliknya.”

Setidaknya, dengan permainan itu seseorang telah menjadi lebih kaya Rp.100.000. Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam, tak bergerak. Bukankah uang yang Saya sodorkan tadi adalah sebuah kesempatan? Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan:

“Saya pikir Bapak cuma main-main ............”
“Nanti uangnya toh diambil lagi.”
“Malu-maluin aja.”
“Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!”
“Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu .....”
“Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya....”
“Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas.....”
“Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang.........”
“Saya, kan duduk jauh di belakang...”
dan seterusnya.

Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan tindakan mereka sehari-hari. Hampir setiap saat kita dilewati oleh rangkaian opportunity (kesempatan), tetapi kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja. Kita tidak menyambarnya, padahal kita ingin agar hidup kita berubah. Saya jadi ingat dengan ucapan seorang teman yang dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di daerah Parung. Ia tampak begitu senang saat Saya dan keluarga membesuknya. Sedih melihat seorang sarjana yang punya masa depan baik terkerangkeng dalam jeruji rumah sakit bersama orang-orang tidak waras. Saya sampai tidak percaya ia berada di situ. Dibandingkan teman-temannya, ia adalah pasien yang paling waras. Ia bisa menilai ”gila” nya orang di sana satu persatu dan berbicara waras dengan Saya. Cuma, matanya memang tampak agak merah. Waktu Saya tanya apakah ia merasa sama dengan mereka, ia pun protes. ”Gila aja....ini kan gara-gara saudara-saudara Saya tidak mau mengurus Saya. Saya ini tidak gila. Mereka itu semua sakit.....”. Lantas, apa yang kamu maksud ’sakit’?”

”Orang ’sakit’ (gila) itu selalu berorientasi ke masa lalu, sedangkan Saya selalu berpikir ke depan. Yang gila itu adalah yang selalu mengharapkan perubahan, sementara melakukan hal yang sama dari hari ke hari.....,” katanya penuh semangat.” Saya pun mengangguk-angguk.

Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya, Saya kira kita semua menghadapi masalah yang sama. Mungkin benar kata teman Saya tadi, kita semua mengharapkan perubahan, tapi kita tak tahu harus mulai dari mana. Akibatnya kita semua hanya melakukan hal yang sama dari hari ke hari, Jadi omong kosong perubahan akan datang. Perubahan hanya bisa datang kalau orang-orang mau bergerak bukan hanya dengan omongan saja.

Dulu, menjelang Soeharto turun orang-orang sudah gelisah, tapi tak banyak yang berani bergerak. Tetapi sekali bergerak, perubahan seperti menjadi tak terkendali, dan perubahan yang tak terkendali bisa menghancurkan misi perubahan itu sendiri, yaitu perubahan yang menjadikan hidup lebih baik. Perubahan akan gagal kalau pemimpin-pemimpinnya hanya berwacana saja. Wacana yang kosong akan destruktif.

Manajemen tentu berkepentingan terhadap bagaimana menggerakkan orang-orang yang tidak cuma sekedar berfikir, tetapi berinisiatif, bergerak, memulai, dan seterusnya. Get Started. Get into the game. Get into the playing field, Now. Just do it!. Janganlah mereka dimusuhi, jangan inisiatif mereka dibunuh oleh orang-orang yang bermental birokratik yang bisanya cuma bicara di dalam rapat dan cuma membuat peraturan saja. Makanya tranformasi harus bersifat kultural, tidak cukup sekedar struktural. Ia harus bisa menyentuh manusia, yaitu manusia-manusia yang aktif, berinisiatif dan berani maju. Manusia pemenang adalah manusia yang responsif. Seperti kata Jack Canfield, yang menulis buku Chicken Soup for the Soul, yang membedakan antara winners dengan losers adalah “Winners take action…they simply get up and do what has to be done…”. Selamat bergerak!

Tuesday, March 06, 2007

Terlalu Banyak Informasi Bikin Pusing

Dewasa ini kita begitu dibanjiri informasi.Hebatnya, sebuah informasi yang dulunya begitu sulit didapat, sekarang tidak lagi. Tinggal klik, ratusan informasi berkaitan dengannya segera didapat.

Information is power. Saya setuju. Di era informasi ini, tidak heran lagi kita melihat orang-orang umur dua puluhan atau belasan tahun sudah bisa meraih sukses begitu fantastis. Ya, semua itu dimungkinkan saat ini.

Ketergantungan kita terhadap informasi begitu tinggi. Bagaimana rasanya kalau sehari aja nggak buka internet, download email, baca berita koran? Nggak enak kan?

Masalahnya sekarang adalah, informasi itu menjadi berlimpah, overloaded. Saat ini begitu banyak yang harus kita ingat, bukan lagi nomor KTP dan SIM saja, tapi segala macam kode PIN, nomor telepon, password, user name, alamat email dan sebagainya.

Bagaimana sikap kita terhadap banjirnya informasi ini? Terus mengikutinya, atau malah jadi terbebani dengannya. Len Riggio, CEO Barnes and Noble meramalkan, di abad ke-21 ini orang akan menelan obat untuk membantu mengosongkan pikiran. Ini nanti akan jadi tren, seperti menurunkan berat badan dan diet.

Bagi seorang entrepreneur, informasi itu jelas penting. Di balik informasi itu tersimpan gunung emas. Tapi, seperti yang saya alami, kelebihan informasi seperti saat ini bikin pusing juga. Karena, nggak semuanya bisa kita follow up jadi duit. Malah, sering membuat fokus kita buyar. Kita berlari menembak ke segala arah. Hasilnya? Banyak sasaran yang lolos.

Saya sendiri memilih bersikap hati-hati terhadap semua informasi yang didapat. Saya berusaha menarik diri dari informasi itu, bersikap netral, sedikit skeptis. Setelah itu barulah saya memutuskan apakah informasi itu berguna untuk ditindaklanjuti atau tidak.

Saya pun saat ini membatasi informasi yang masuk ke dalam otak saya. Saya tidak baca koran harian, saya tidak ikut banyak mailing list, saya alihkan saluran TV ke saluran berlangganan karena saya muak dengan TV lokal yang banyak berisikan materi "sampah". Saat browsing internet, saya fokus ke beberapa situs yang memang benar-benar sesuai dengan aktivitas saya. Beberapa gadget seperti pocket PC juga mulai saya tinggalkan. Paling tidak, itu upaya saya untuk menghindari penyakit "overload informasi" ini.

Ada kerabat saya yang mengalami stress berat karena kelebihan informasi ini. Ceritanya, dia dideteksi dokter ada penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup dan pola kerjanya sehari-hari. Tapi, kerabat ini tidak puas dengan informasi dokter itu saja. Dia browsing internet mengenai segala pertanyaan yang berkaitan dengan penyakitnya itu. Hasilnya, dia menjadi stress berat. Dia pun menjajal beberapa dokter lain untuk mempercepat penyembuhan dan memenuhi keingintahuannya ini. Alhasil, dia pun mengalami over dosis obat, kelebihan obat.

Saya kira di bisnis pun begitu. Kita terus mencari informasi yang penting buat mengembangkan bisnis kita. Oke-oke aja sih. Tapi, kalau akhirnya malah jadi pusing dan nggak tahu apa yang musti dilakukan, buat apa?

Seni mengosongkan pikiran. Itu salah satu jawabnya menurut saya. Kita harus pintar memilah-milah informasi yang masuk ke dalam otak kita. Kemudian membuang yang tidak perlu. Lebih baik yang masuk sedikit saja, tapi benar-benar berguna ketimbang banyak sehingga overload. Padahal itu semua ternyata kebanyakan adalah "sampah".

Sumber : Badroni Yuzirman

Uang...Lagi-lagi Uang...

Banyak diantara kita, setiap hari hanya memikirkan masalah: UANG.
Entah itu bagaimana mencari uang, merasa tidak punya uang, punya
hutang uang, dan sebagainya. Bahkan banyak diantara kita
memikirkan "persoalan" uang sejak bangun tidur hingga tidur lagi,
malah mungkin dalam mimpinya pun masih memikirkan uang. Suatu
kondisi mental yang dapat digambarkan sebagai men-dewa kan UANG.
Kalau saya di depan Anda mengatakan "mau UANG?", sambil mengibas2kan
segepok seratus ribuan, pasti Anda deg2 an sambil mata Anda melirik
UANG di tangan saya.

Namun pernahkah kita sedikit berpikir apakah sesungguhnya uang itu?
Kalau dilihat dari sejarahnya, pada mula nya uang adalah alat bantu
untuk memudahkan manusia melakukan pertukaran barang dan jasa.
Ingat, awalnya manusia hanya mengenal system barter. Kambing ditukar
beras, alat pertanian ditukar tembikar, dst. Ketidakpraktisan ini
kemudian dipecahkan dengan menggunakan alat tukar yang dianggap
memiliki nilai, yaitu dengan keping logam emas atau perak. 2 keping
emas dapat ditukar 1 domba ataupun 1 pikul beras. Inipun kemudian
dianggap masih kurang praktis. Lahir lah ide membuat sebuar
rumah "penitipan" keping emas atau perak tadi, dan kemudian rumah
penitipan (bank house) tadi mengeluarkan surat yang menyatakan bahwa
sipembawa surat memiliki emas atau perak sebesar yang tertera dalam
surat tadi. Praktis, tidak perlu bawa2 emas dan perak, cukup bayar
pakai kertas (bank notes). Dan kalau perlu "cash", kertas tadi bisa
ditukar kembali ke bank.

Sistem ini berjalan cukup lama, dan tidak ada persoalan besar,
karena nilai yang tertera dalam kertas sama dengan nilai deposit
emas. Bank central pun disebut "Reserve" karena menjadi tempat
penyimpanan akhir deposit emas di seluruh negeri. Sampai disini
masih OK, karena apa yang tertera dalam bank notes (uang) "dijamin"
emas/ perak yang diwakili nya.

Namun apa yg terjadi berikutnya? Kita ambil contoh mata UANG yang
paling di-dewa kan di dunia. US Dollar. Sekelompok orang kreatif
(atau serakah ya?) di Amerika Serikat mendirikan Federal Reserve.
Ada yang aneh dari nama the Fed ini:
- meski pakai nama "Federal", ini adalah perusahaan yang didirikan
dan dimiliki swasta. Untuk menghaluskan, pemerintah AS sering
menyebutnya "quasi-federal body".(iyee deeh ... paling bisa nih
bikin istilah)
- Meski pakai nama "Reserve" tidak ada deposit emas samasekali di
the Fed! Hahaha .. tertipuuu ..
Ya sodara2, the Fed "mencetak" dollar dari awang2 dengan nilai
sesuka mereka, tanpa "jaminan" apa2. Tinggal "print" aja diatas
kertas yg keren dan tulisi saja berapa nilai nya. Dan tugas
pemerintah AS untuk membuat supaya orang percaya pada nilai dollar
tadi. Nilai dollar adalah persepsi pengguna-nya, bukan mencerminkan
nilai yang diwakili dalam angka yang tertera di dalamnya. Semakin
orang men-dewa kan UANG, makin kuat nilai nya.

Ini yang kemudian berlaku juga untuk mata UANG lain di seluruh
dunia. Nilai nya un-real, diserahkan pada "kepercayaan pasar", yang
hanya tercermin dalam angka2 yang bergerak pada layar monitor para
trader. UANG pun akhirnya menjadi sesuatu yang tidak nyata. Di dunia
nyata, kalau ada tuan tanah yang punya perkebunan luas, dan ternak
yang banyak, menerbitkan "surat hutang" pastilah lebih dipercaya
dibanding orang yang tidak punya kekayaan apa2. Di dunia kita yang
dibelenggu sistem moneter sekarang, negeri yang kekayaan-alam nya
demikan kaya ini, "bank notes"nya dianggap tidak berharga.

Jadi apa dong UANG itu sesungguhnya? Nothing. Bukan apa2. Hanya
selembar kertas yg ditulisi angka. Tidak ada jaminan apa2 di
dalamnya. Berbeda dengan ide "bank notes" diawal yang dijamin emas.
Lantas kenapa kita menganggap UANG memiliki NILAI? UANG sendiri
tidak memiliki nilai nyata kecuali harga kertas dan ongkos cetaknya.
Sesungguhnya NILAI UANG hanya muncul dalam pikiran2 kita. UANG tidak
memiliki nilai apa2 dan tidak bisa apa2 kecuali pikiran kita
memberikan nilai kepada UANG tadi. Jika Anda pergi ke suku terasing
yang tidak mengenal USD, untuk membeli sebuah parang dengan USD 1000
pun Anda tidak akan bisa.

Lebih jauh lagi, teknologi dewasa ini telah membuat sebagian besar
UANG saat ini tidak dalam bentuk fisik kertas atau logam, namun
sekedar dalam bentuk "DATA" di computer. Diperkirakan dewasa ini
hanya lebih-kurang 4% UANG ada dalam bentuk fisik. Jadi UANG hanya
sekedar data di komputer, yang nilai nya ada dalam pikiran kita.
Jadi masihkah kita mendewakan sesuatu yang bahkan tidak eksis dan
tidak memiliki nilai riil? (fr)

Sumber : Fauzi Rachmanto

Bunga Bank Sudah Tidak Menarik

Pada kesempatan kali ini saya hendak membahas mengenai
tingkat suku bunga tabungan bank. Agar lebih nyata,
artikel ini disertai dengan data real tingkat suku bunga
di beberapa bank swasta dan simulasi perhitungan nilai
saldo tabungan pada tiga bulan pertama.

Saya masih ingat ketika saya masih kecil, orang tua saya
selalu menganjurkan saya agar uang saya disimpan di bank.
Alasan utamanya adalah karena bank memberikan bunga. Jadi
jumlah tabungan saya akan bertambah terus... terus...
sehingga menjadi besar.

Setelah saya dewasa dan memasuki kuliah, dosen saya
mengajarkan mengenai konsep compounded interest (bunga
majemuk). Saya menjadi lebih mengerti mengapa jumlah uang
tabungan saya bisa bertambah besar di bank, serta bisa
mensimulasikan jumlah uang saya di masa mendatang.

Anggaplah sekarang saya memiliki uang lebih sebesar satu
juta rupiah. Dan saya menaruhnya ke dalam tabungan bank,
dimana bank tersebut berjanji akan memberikan bunga sebesar
6% per tahun. Dan bunga tersebut akan ditambahkan ke tabungan
saya setiap bulannya.

Mari kita simulasikan jumlah uang tabungan saya 3 bulan ke
depan.

=============================
Bulan ke Jumlah tabungan
=============================
0 Rp. 1.000.000,-
1 Rp. 1.005.000,-
2 Rp. 1.010.025,-
3 Rp. 1.015.075,-
=============================

Dari tabel diatas, kita bisa melihat jumlah tabungan saya.
Nilai awal yang saya setor ke bank adalah Rp. 1.000.000,-.
Pada bulan pertama, saya mendapatkan bunga sebesar Rp. 5.000,-
sehingga nilai tabungan saya naik menjadi Rp. 1.005.000,-.
Pada bulan kedua, bunga yang saya dapatkan sebelumnya ikut
berbunga sehingga nilai bunga saya naik menjadi Rp. 5.025,-.
Sementara jumlah tabungan saya meningkat menjadi Rp. 1.010.025,-.
Dan pada bulan ketiga jumlah tabungan saya menjadi
Rp. 1.015.075,-.

Singkat kata, "Jumlah tabungan saya semakin hari semakin
bertambah".

Begitulah idealnya tabungan yang selama ini diajarkan kepada
kita.

Sayangnya kondisi ini sudah tidak lagi relevan dengan kondisi
tabungan-tabungan yang ditawarkan oleh bank-bank, terutama
bank swasta. Kita ambil contoh salah satu bank swasta
terbesar, Bank Central Asia dengan produknya tabungan
Tahapan BCA. Kita bisa melihat di
http://www.klikbca.com/individual/silver/ind/rates.html?s=2
bahwa tingkat suku bunga tahapan BCA adalah sebagai berikut:

===========================================================
Nilai Tabungan Suku Bunga
===========================================================
< Rp. 500.000,- 0,00
>= Rp. 500.000,- - < Rp. 5.000.000,- 2,00
>= Rp.5.000.000,- - < Rp. 1.000.000.000,- 3,75
>= Rp. 1.000.000.000,- 4,75
===========================================================

Andaikata uang saya yang sebesar Rp. 1.000.000,- tersebut
saya masukkan ke tabungan Tahapan BCA, maka pada awal bulan
berikutnya saya akan mendapatkan bunga sebesar Rp.1.666,-.
Namun, saya juga dikenakan biaya administrasi sebesar
Rp. 7.500,- (tarif Silver). Jadi saldo tabungan saya pada
bulan pertama menjadi Rp. 994.166,-. Berikut adalah simulasi
jumlah tabungan saya untuk 3 bulan:

=============================
Bulan ke Jumlah tabungan
=============================
0 Rp. 1.000.000,-
1 Rp. 994.166,-
2 Rp. 988.323,-
3 Rp. 982.470,-
=============================

Berbeda dengan yang selama ini diajarkan pada kita, jumlah
tabungan saya semakin hari justru semakin BERKURANG. Hal ini
disebabkan oleh rendahnya tingkat suku bunga tabungan serta
tingginya biaya administrasi bulanan yang dikenakan oleh
bank kepada kita. Biaya administrasi nilainya lebih besar
daripada bunga, sehingga pada akhir bulan saldo tabungan
kita akan menjadi lebih kecil.

NB: Hasil simulasi ini akan sedikit berbeda dengan real karena
bank mempergunakan perhitungan bunga tabungan harian. Namun
hal ini tidak mempengaruhi kesimpulan dari simulasi.

Rasanya kurang adil jika kita hanya membahas bank BCA dalam
kesempatan ini. Sebagai bahan perbandingan, sekarang mari kita
lihat beberapa bank lainnya.

Bank swasta lain yang tidak kalah besarnya adalah Bank Mandiri,
dengan produk tabungan Mandiri. Tingkat suku bunga tabungan
Mandiri adalah sebagai berikut:

===========================================================
Nilai Tabungan Suku Bunga
===========================================================
< Rp. 500.000,- 0,00
>= Rp. 500.000,- - < Rp. 5.000.000,- 2,75
>= Rp.5.000.000,- - < Rp. 50.000.000,- 3,25
>= Rp.50.000.000,- - ===========================================================
(Sumber call center Mandiri 021-52997777)

Sementara biaya administratif bulanan yang dikenakan kepada
nasabah adalah Rp. 7.000,- untuk tabungan yang saldo akhir
bulannya bernilai > Rp. 300.000,-. Untuk tabungan dengan saldo
akhir bulan yang < Rp. 300.000,- dikenakan biaya administratif
sebesar Rp. 10.000,-. Untuk tabungan yang saldonya lebih kecil
dari Rp. 50.000,- akan dikenakan biaya tambahan sebesar
Rp. 5.000,-. Kalau saldonya lebih kecil dari Rp. 50.000,-
selama lebih dari 3 bulan berturut-turut akan dikenakan biaya
lebih mahal lagi, yaitu Rp. 25.000,-. Disini kita bisa melihat
bahwa semakin kecil nilai tabungan Anda, maka semakin besar
biaya administrasi yang harus Anda tanggung.
Sumber
http://www.bankmandiri.co.id/article/046447431477.asp?article_id=046447431477

Pada Bank Permata terdapat 2 jenis tabungan, yaitu
PermataTabungan, dan PermataTabungan OPTIMA. Untuk membatasi
ruang lingkup dari artikel ini, maka kita hanya membahas
PermataTabungan biasa. Tingkat suku bunga untuk Bank Permata
adalah:
==============================================================
Nilai Tabungan Suku Bunga
==============================================================
< Rp.1.000.000,- 0,00
>= Rp. 1.000.000,- - < Rp. 10.000.000,- 2,00
>= Rp. 10.000.000,- - < Rp. 100.000.000,- 3,25
>= Rp. 100.000.000,- - < Rp. 1.000.000,000,- 3,75
>= Rp. 1.000.000.000,- 4,00
==============================================================
(Sumber PermataTel 021-7456888)

Biaya administratif untuk PermataTabungan adalah sebesar
Rp. 5000.,- untuk saldo >= Rp. 500.000,- dan Rp. 7.500,-
untuk saldo yang < Rp. 500.000,-. Bagi pemegang kartu ATM
akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 2.500,-.
Sumber
http://www.bankpermata.com/prod_layanan/produk/liabilities/biaya_kartu_permatavisaelectron.asp

Untuk bank-bank yang disebutkan diatas, apabila Anda menyimpan
Rp. 1.000.000,- dalam produk tabungan maka pada bulan berikutnya
jumlah saldo tabungan Anda akan mengalami penurunan, bukan
kenaikan. Hal ini disebabkan karena biaya administrasi yang
lebih besar daripada bunga bulanan. Untuk mendapatkan nilai
tabungan yang meningkat cukup signifikan dari waktu ke waktu,
Anda perlu menyimpan setidaknya Rp. 10.000.000,-. Padahal
dengan uang sejumlah ini, Anda dapat membeli produk keuangan
lain yang tingkat suku bunganya jauh lebih tinggi.

Dari sini kita dapat melihat bahwa fungsi tabungan sudah
mengalami perubahan. Tujuan utama tabungan bukan lagi
untuk mendapatkan bunga, melainkan untuk mendapatkan
feature-feature lainnya seperti ATM (Anjungan Tunai Mandiri),
kartu debet, undian berhadiah, dan lain-lain.

Jadi apabila Anda hendak menabung dengan tujuan utama
mengejar bunga, tabungan biasa sudah tidak sesuai untuk
kebutuhan Anda. Cobalah mempelajari produk-produk keuangan
lain seperti deposito, reksa dana, unit-linked, dana pensiun
dan lain-lain. Terlebih lagi apabila Anda ingin mengejar
tujuan jangka panjang seperti pendidikan anak, ataupun
menyimpan dana untuk pensiun. Disini pengetahuan investasi
MUTLAK diperlukan.

Sumber: david@keuanganpribadi.com

Tuesday, February 20, 2007

Saran Socrates

dari The Attractor Factor - Joe Vitale

Suatu hari, seorang pria tergopoh-gopoh mendatangi Socrates dan berkata,”Saya mempunyai beberapa berita untuk Anda.”
Socrates mengangkat tangannya untuk menghentika pria yang bersemangat itu.
“Pertama-tama izinkanlah saya bertanya mengenai tiga hal,” kata Socrates.
“Oh, ehm, baiklah,” jawab pria tersebut.
“Apakah berita yang akan Anda ceritakan itu adalah sesuatu yang benar-benar Anda yakini kebenarannya?”
“Wah, tidak,” jawab pria itu. “Tetapi saya mendengarnya dari sumber yang dapat dipercaya.”
“Baik, sekarang pertanyaan kedua,”kata Socrates. “Apakah berita yang ingin Anda ceritakan itu tentang seseorang yang Anda kenal secara pribadi?”
“Wah, tidak,” kata pria itu. “Tetapi saya kira Anda mengenal orang itu.”
“Baiklah,” kata Socrates. “Izinkanlah saya mengajukan pertanyaan terakhir. Apakah berita itu positif atau negatif?”
“Yah, negatif.”
“Tunggu sebentar,” kata si bijak Socrates. “Anda ingin menceritakan sebuah berita yang tidak Anda ketahui sendiri kebenarannya, tentang seseorang yang tidak Anda kenal sama sekali, dan bersifat negatif.”
“Wah, kedengarannya buruk sekali jika Anda menyatakannya seperti itu.”
“Saya kira saya tidak perlu mendengarnya,”kata Socrates.