tag:blogger.com,1999:blog-341421972024-03-06T05:40:28.869+07:00Energize Your LifeAgung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.comBlogger28125tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-67264502858314698272009-08-26T11:07:00.001+07:002009-08-26T11:10:16.064+07:00Inilah 4 Kunci Sukses dalam Dunia Bisnisdari <a href="http://kompas.com/">KOMPAS.com </a>(24/08/09)- Dunia bisnis di Indonesia terus menggeliat, seolah tidak mempedulikan karut marut pemilu dan peristiwa Bom Mega Kuningan. Untuk itu perlu bagi para pelaku bisnis untuk menyusun strategi handal.<br />"Untuk memenangi pasar dalam dunia yang terus berubah ada 4 kunci sukses," kata Simon Jonatan, Konsultan Marketing, dalam acara Founder's Day di Ciputra World Jakarta Marketing Gallery, Senin (24/8).<br />Keempat kunci tersebut adalah:<br />1. Awareness: yang termasuk dalam poin ini adalah iklan yang gencar untuk membangkitkan kesadaran terhadap produk tersebut bagi konsumen.<br />2. Attractiveness: apakah produk kita menarik. Harus ada sesuatu yang berbeda dipandingkan produk lain yang diproduksi kompetitor.<br />3. Availability: apakah produk juga dilengkapi oleh ketersedian yang menunjung. Misalnya, produk rumah dilengkapi dengan akses yang mudah dan strategis.<br />4. Affordability: untuk menarik konsumen, penjualan produk disertai dengan berbagai macam potongan harga maupun kredit ringan.<br />Menurut Simon, keempat kunci sukses ini bisa meningkatkan brand of mind konsumen. "Ini penting. Karena kalau konsumen mau beli, di otaknya sudah mengingat satu produk yang dipercaya," ucapnya.Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-42878501641539499162009-08-25T14:33:00.003+07:002009-08-26T21:14:57.842+07:00Gerakan Nasional AYO MANDIRI !Mari ciptakan satu pengusaha dalam satu keluarga“Jumlah wirausahawan ikut menentukan kesejahteraan suatu bangsa.Di Amerika terdapat 11% pengusaha dari jumlah penduduk. Di Singapura sekitar 7% dan di Indonesia baru sekitar 0,18%…Kalau saja kita mendorong anak-anak kita untuk Mandiri, Insya Allah tidak lama lagi bangsa kita akan menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.”<br /><a href="http://bisnis2121.com">Valentino Dinsi</a>, LET’S GO INDONESIA Foundation<br />Di Indonesia terdapat lebh dari 50 juta keluarga. Apabila dalam sepuluh tahun di setiap keluarga tersebut terdapat satu orang pengusaha, Insya Allah keluarga tersebut akan sejahtera. Tentu saja hal ini akan turut mengangkat kesejahteraan dan kemajuan bangsa kita.<br />Pada saat China dipimpin oleh Deng Xioping dengan Zhu Rong Ji sebagai arsitek ekonominya keadaan rakyat China sangat memprihatinkan. China adalah Negara terkorup, termiskin, terkumuh dan ter…….lainnya didunia. Dua puluh tahun kemudian bahkan hari ini kita lihat China adalah raksasa ekonomi di dunia. Mengapa semua itu bisa terjadi?<br />Deng Xioping dan Zhu Rong Ji memulai pemerintahannya dengan mengumpulkan semua cerdik pandai negeri China untuk mencari satu kalimat yang bisa merubah rakyat dan bangsa China yang sangat terpuruk saat itu. Setelah melakukan diskusi dan perdebatan panjang ditemukan satu kata ajaib yang kelak berhasil merubah rakyat dan bangsa China. Kata itu adalah,”TIDAK ADA MAKAN SIANG YANG GRATIS !.” Ya untuk mendapatkan makan rakyat harus bekerja. Slogan ini terus dikumandangkan ke seluruh rakyat China hingga mampu menggerakkan rakyat untuk terus bergerak dan berubah menjadi lebih baik.<br />Hari ini dengan seruan AYO MANDIRI, kami ingin menggerakkan rakyat dan bangsa Indonesia untuk maju berbuat, membebaskan diri mereka sendiri dari kemiskinan dan kebodohan. Kami mulai dengan sebuah seruan AYO MANDIRI. Dan kami percaya apabila semua rakyat mengumandangkan seruan yang sama akan membentuk sebuah harmoni dan gelombang perubahan yang besar.<br />Seruan saja tidak cukup, harus ada aksi nyata. Untuk itu pembentukan KADER MANDIRI dengan POSKO MANDIRI di setiap sEKOLAH, Universitas, Lingkungan Masyarakat dan Lingkungan Perkantoran akan mempercepat lahirnya MASYARAKAT MANDIRI dan BANGSA MANDIRI.<br />Kami percaya dengan izin Allah dan dukungan SELURUH RAKYAT iNDONESIA, kita akan mampu melakukan ini semua.<br />Mari dukung Gerakan Nasional AYO MANDIRI dengan begabung sebagai KADER MANDIRI serta membentuk Keluarga Mandiri dilingkungan kita sekarang juga !<br /><a href="http://valentinodinsi.com">Valentino Dinsi</a>, SE, MM, MBA (081514144583)Koordinator GerNas AYO MANDIRI<br />Catatan:<br />1. KADER MANDIRI adalah orang atau pribadi yang ingin mandiri dengan memiliki usaha sendiri walaupun kecil. Mereka adalah para pengusaha, pekerja atau karyawan, mahasiswa dan pelajar, ibu rumah tangga atau siapa saja yang ingin hidup lebih mandiri<br />2. Aktivitas KADER MANDIRI adalah menjalankan usaha mereka sehari-hari dan tetap belajar bagaimana meningkatkan usaha mereka agar lebih maju serta mengajarkan pengalaman dan ilmu mereka kepada orang lain<br />3. Sekretariat Gerakan Nasional AYO MANDIRI berfungsi sebagai katalisator penggerak KADER MANDIRI dengan memberikan modul-modul pelatihan dan bimbingan serta pendampingan secara Gratis kepada masyarakat.<br />4. Apabila saudara peduli dan ingin menjadi KADER MANDIRI, Kirimkan Nama Lengkap # Alamat Lengkap dgn Kode Pos # Telp dan HP ke email valentino_dinsii@yahoo.com sebagai wujud kepedulian kita pada masyarakat dan bangsa Indonesia<br />5. Terimakasih untuk meneruskan email ini ke teman-teman kita yang lain<br />Sekretariat Gerakan Nasional AYO MANDIRI !Jl.Kelapa Dua Wetan Raya 7 BCiracas – Cibubur, Jakarta TimurTelp/Fax. (021) 8706396Email: valentino_dinsi@yahoo.comAgung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-68953980307793952732009-08-25T14:07:00.004+07:002009-08-25T14:32:19.799+07:00Facebook menurunkan kinerja?Dalam tayangan TV beberapa hari yang lalu, kinerja suatu instansi pemerintah menurun gara-gara pegawainya asyik dengan <em>facebook</em>. Pimpinan instansi tersebut langsung memblokir akses untuk ber-<em>facebook</em>. Miris memang, disatu sisi memang asyik bisa terhubung lagi dengan teman-teman yang sudah lama tidak bertemu, tapi <em>plisssss deh </em>mbok yo jangan pas jam kerja.<br /><br />Facebook memang suatu fenomena yang menarik, hanya dalam waktu yang singkat mampu menyihir jutaan orang di dunia, sampai hp pun diklaim sudah <em>facebook friendly</em>. Suatu riset yang dilakukan oleh <a href="http://writereabweb.com/archives/facebook_at%20work_helpful_or_a_hazard.php">Nucleus research </a>mengemukakan bahwa facebook menurunkan 1,5 persen produktivitas karyawan. Atau dengan kata lain kalau ada 100 orang karyawan pada saat bekerja mbuka facebook, sama dengan perusahaan tersebut kehilangan 1,5 karyawannya. terlebih sebagian besar membuka facebook tidak berhubungan dengan karyawannya.<br /><br />Itu baru karyawan, belum lagi dari mulai anak SD sampai Kuliahan, kalau kita lihat entah itu di mall yang fasilitas <em>hotspot</em> atau dikampus, yang dibuka itu sebagian besar adalah <em>facebook</em>.Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-62735339276838817902009-08-17T17:26:00.003+07:002009-08-26T09:56:34.360+07:00101 Bisnis dari rumahJAKARTA, KOMPAS.com - (06/06/09) Bagi anda yang belum mendapatkan pekerjaan, bosan dengan rutinitas kerja kantor dan kemacetan setiap hari, ingin memulai tantangan baru, mungkin anda bisa mulai mencoba usaha sederhana di rumah yang dapat memberikan berbagai keuntungan.<br /><br />"Pertumbuhan usaha yang dijalankan dari rumah terus meningkat secara signifikan," kata perencana keuangan serta penulis buku Sulistyawati, saat peluncuran bukunya yang berjudul 101 Ide Bisnis Tanpa Kantor di Jakarta, Sabtu (6/6).<br /><br />Sulistyawati mengatakan, banyak keuntungan yang didapat dengan berbisnis di rumah seperti tidak perlu menyewa tempat khusus, cukup mendesain dan mengatur ulang ruangan rumah untuk dijadikan ruang kerja sesuai yang diinginkan. "Tinggal menentukan ruang mana yang memungkinkan, bahkan ruang tidur pun bisa disulap menjadi kantor," katanya.<br /><br />Selain itu, tidak perlu waktu khusus untuk berangkat ke lokasi kerja yang bisa memakan waktu berjam-jam akibat kemacetan dan dapat menghindari stres di jalan.<br /><br />Keuntungan lain adalah, menghemat biaya baik untuk kendaraan, baju, sepatu, tas kerja, makan siang, dan sebagainya, serta waktu kerja yang fleksibel. "Bisa juga melakukan peran ganda seperti mengurus keluarga, serta dapat menjadi potensi peningkatan pendapatan keluarga," ucapnya.<br /><br />Sedangkan kelemahan berbisnis di rumah, kata Sulistyawati, adanya perasaan terisolir dari lingkungan kerja, kesendirian, pendapatan yang tidak teratur, perasaan jenuh bekerja di tempat yang sama.<br /><br />Selain itu, ada anggapan usaha di rumah sebagai pekerjaan yang tidak serius dan kurang profesional karena lokasinya di rumah dan tanpa ikatan. "Kendala lain usaha di rumah sering dilakukan tidak kosisten, banyak gangguan seperti dari anak, tetangga, serta adanya perasaan takut gagal," katanya.<br /><br />Untuk itu, lanjutnya, sebelum terjun ke dalam bisnis sebaiknya mempelajari resiko dan kelemahan sehingga mampu menghadapi segala kemungkinan.<br /><br />Menurut Sulistyawati, banyak ide bisnis sederhana yang banyak dibutuhkan orang. Sebagai contoh, usaha yang berhubungan dengan kamar tidur seperti produksi seprei dan bed cover, agen atau toko seprei dan bed cover. Contoh lain, yang berhubungan dengan kamar mandi seperti distributor detergen dan pembersih kamar mandi, sabun, lulur, dan peralatan mandi.<br /><br />"Usaha lain yang banyak dibutuhkan khususnya kaum wanita, seperti salon, butik, penjahit, distributor busana muslim, produksi jilbab, ritel aksesoris, penjual parfum, Multi Level Marketing produk kecantikan, kerajinan aksesoris dan sebagainya," katanya.<br /><br />Untuk usaha yang berhubungan dengan dapur, kata Sulistyawati, seperti toko sembako, pembuatan kue, katering, kafe, kursus memasak dan membuat kue, penyedia pembantu rumah tangga dan sebagainya.<br /><br />Sedangkan yang berhubungan dengan anak, lanjut dia, seperti butik perlengkapan bayi, desainer kamar anak, jasa penitipan anak,toko mainan anak dan kado, serta kelompok bermain dan taman kanak-kanak. "Usaha lain seperti penerjemah, agen koran dan majalah, rental buku dan komputer, penulis, kreasi bunga, penyedia jasa kurir, percetakan, budidaya tanaman hias,rental sepeda motor," kata dia.<br /><br />Sulistyawati juga membagi ide usaha sederhana lainya dari banyak bidang yang dapat di lakukan di rumah dengan modal yang tidak terlalu banyak dalam buku setebal 194 halaman tersebut.<br /><br />Sulistyawati manambahkan, untuk memulai usaha harus diperhatikan beberapa hal, seperti apakah menyukai bisnis tersebut, adakah keahlian yang mendukung, tahu bagaimana menjalankanya, modal yang cukup, dan ada kaitannya dengan hobi. "Jika jawabannya 'ya' berarti siap memulai usaha tersebut," ucapnya.<br /><br />Selain itu, harus dibuat perencanaan dan konsep bisnis yang baik, meliputi nama usaha, jenis usaha, rencana pengembangan, keuangan, cara memperoleh dan pengembalian modal, perkiraan laba rugi, rencana pemasaran dan sebagainya..<br /><br />Sulistyawati juga membagikan tips bagaimana cara menjalankan usaha dan bagaimana memasarkan produk yang baik dalam buku tersebut.<br /><br />Jadi sekarang anda tidak perlu lagi khawatir memulai <a href="http://formulabisnis.com/?id=agungbdg">bisnis di rumah</a>. Silahkan mencoba...Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-91337640612329723882009-08-17T17:11:00.003+07:002009-08-17T17:23:35.961+07:00Keuntungan punya web atau blogMulai saat ini apabila anda masih berpikir jika membuat website itu sulit atau mahal sepertinya harus di hapus, karena <a href="http://sitekno.com">PT.SITEKNO</a> telah hadir untuk membantu untuk mewujudkan impian anda memiliki website atau blog dengan mudah dan murah, dan jika anda masih belum mengetahui pentingnya sebuah website, Maka anda harus meluangkan sedikit waktu anda untuk membaca keuntungan dari memiliki sebuah website atau blog di bawah ini :<br /><br /><br />1. Banyak prospek di internet untuk bisnis anda atau produk yang anda jual. Bila anda tidak mempunyai website atau blog, maka prospek itu hanya akan berbisnis atau membeli dari pesaing anda yang sudah memiliki website.<br /><br />2. Mempunyai website hanya membutuhkan biaya yang sangat murah sekali. Jaman dimana mempunyai website membutuhkan biaya yang MAHAL sudah lewat. Saat ini hanya dengan Rp 330.000,-/tahun, anda sudah mendapatkan website siap pakai berikut usaha yang dapat langsung dijalankan pada saat website anda online. Berarti jika hanya Rp.330.000,-/tahun itu sama saja dengan Rp.900/hari. Atau bisa dibilang modal untuk memiliki asset di dunia internet masih lebih kecil dari biaya parkir kendaraan anda sehari –hari.<br /><br />3. Website adalah sarana advertising yang sangat efektif, murah dan efisien . Dengan memiliki sebuah website usaha anda akan di promosikan selama 1x24 jam selama setahun tanpa berhenti dan dapat menjangkau seluruh dunia.<br /><br />4. Website dapat dijadikan mesin penghasil uang. Dengan anda memiliki website berarti sama saja anda sudah memiliki sebuah ruko di lokasi yang sangat strategis, dan yang perlu anda lakukan hanya menyiapkan barang dagangan yang akan dijual diruko tersebut dan lakukan promosi agar calon pembeli mau memasuki ruko anda.<br /><br />Bila anda belum mempunyai website untuk usaha anda, sekaranglah saatnya untuk menggunakannya. Sitekno akan membantu anda mewujudkan impian anda memiliki <a href="http://adiono.com">website </a>atau <a href="http://adiono.com">blog penghasil uang</a>.Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-15192042623634737402008-03-20T07:42:00.002+07:002008-03-20T07:50:11.171+07:00AlhamdulillahAlhamdulillah..di hari Maulid ini saya bisa on line lagi setelah 3 bulan ga nyambung dengan internet, liat e-mail yang segunung, blog dari temen2 TDA, rasanya banyak banget ketinggalannya...<br /><br />apa kabar TDA Bandung? saya sampai nggak tahu ada Gathering TDA di Bandung, nyesel nggak bisa ikut...mudah-mudahan dari hari ini dan seterusnya saya bisa gabung lagi...Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-13432527481117093552007-10-13T14:09:00.000+07:002008-12-09T17:29:07.367+07:00<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNDcpv0R9dU0o9vMPphosw_dXmOGqNsBdvzFhTwG5DkRpJoB9STj0ib5PxhL7T7ahaWKEdWMBiFeehPwNyxn0rKtIrxgQa286t5KM_TZKe5C9Oinf68HFsBRhQykWEHwHWdrkt/s1600-h/selamat+idul+fitri.gif"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5120717261141918306" style="DISPLAY: block; MARGIN: 0px auto 10px; CURSOR: hand; TEXT-ALIGN: center" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNDcpv0R9dU0o9vMPphosw_dXmOGqNsBdvzFhTwG5DkRpJoB9STj0ib5PxhL7T7ahaWKEdWMBiFeehPwNyxn0rKtIrxgQa286t5KM_TZKe5C9Oinf68HFsBRhQykWEHwHWdrkt/s400/selamat+idul+fitri.gif" border="0" /></a><br /><div></div>Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-89996630555021816202007-10-11T20:04:00.000+07:002007-10-11T20:18:17.469+07:00Ilir-ilir<strong><em><span style="color:#3333ff;">Lir ilir- Lir ilir</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">tandure wus sumili,</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">tak ijo royo-royo,</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">tak sengguh temanten anyar</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;"></span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">Bocah angon bocah angon,</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">penekno blimbing kuwi,</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">lunyu-lunyu penekno,</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">kanggo mbasuh dodot-iro.</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">Dodot-iro dodot iro,</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">umitir bedah ing pinggir,</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">dondomono jlumatono,</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">kanggo sebo mengko sore.</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;"></span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">Mumpung jembar kalangane.</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">Mumpung padhang rembulane.</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;">Yo surako surak: Hiyyoo !!!</span></em></strong><br /><strong><em><span style="color:#3333ff;"></span></em></strong><br /><span style="color:#3333ff;">Selamat Idul Fitri 1428 H</span><br /><span style="color:#3333ff;">Mohon Maaf Lahir dan Batin...</span>Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com52tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-88317335715957936792007-10-11T19:48:00.000+07:002007-10-11T20:01:17.031+07:00Besok Hari RayaBesok adalah hari raya, dan hari raya akan datang besok. Jadi arti hari raya, dan bagaimana seharusnya hari raya?<br /><br />Ada beberapa poin penting yang harus kita perhatikan:<br />Diwajibkannya mengeluarkan zakat fitrah<br />Dianjurkan makan pada pagi sebelum shalat Idul Fitri untuk memenuhi perintah Allah dalam mengakhiri Ramadhan sebagaimana kita penuhi perintah-Nya dalam berpuasa.<br />Menggunakan pakaian terbaik (nggak mesti baju baru) dan memakai wewangian.<br />Bertakbir pada hari raya.<br />Mengambil arah jalan yang berbeda.<br />Pada saat Idul Fitri dianjurkan untuk saling mengunjungi saudara, kerabat, teman, orang tua untuk mengucap salam, saling memaafkan dan saling mengasihi.<br />Idul fitri merupakan saat yang tepat untuk menjalin silaturahim, berbuat baik kepada orang tua, menyayangi fakir miskin, dan menyayangi tetangga.<br />Idul Fitri merupakan hari hadiah, orang yang berpuasa dan meramaikan malamnya dengan berbagai macam ibadah karena iman dan mengharap ridha Allah ia akan bergembira karena memperoleh hadiah agung dan kemenangan besar. Sedangkan orang yang meninggalkan puasa Ramadhan, meremehkan perintah Tuhannya, melanggar batas-batas-Nya, ia akan merugi dan menyesal.<br /><br />Tidak terasa kita sudah melewati beberapa kali Idul Fitri, kita kenang lagi, dengan siapa saja kita shalat ‘Id tahun yang lalu? Eyang kakung? Eyang Putri? Bapak? Ibu? Kakak? Adik? Saudara? Orang-orang terkasih dan sahabat? Dimana mereka sekarang? Kemana mereka pergi?<br /><br />Besok pagi kita akan menerima hadiah, dan besok pagi pahala kita tercatat dalam daftar perbuatan, berusahalah yang tertulis didalamnya adalah amal kebajikan. Insya Allah.<br /><br /><em><strong><span style="color:#000099;">Allahu Akbar- Allahu Akbar- Allahu Akbar- La Ilaaha Illallahu Akbar- Allahu Akbar- wa lillahil-hamd.</span></strong></em>Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-32652813963094147742007-10-10T14:45:00.000+07:002007-10-10T14:50:42.310+07:00Tips Maaf Memaafkan<ol><li>Ingat kembali wajah teman-teman kita, saudara, atau keluarga kita yang selama ini jarang bertemu dengan kita atau bahkan yang berselisih dengan kita.</li><li>Do’akan kebaikan bagi mereka jika kita belum sempat bersilaturahmi.</li><li>Muhasabah (evaluasi) diri kita, siapa saja yang pernah tersakiti oleh perlakuan ataupun perkataan kita.</li><li>Minta maaflah dan sambungkanlah kembali tali yang pernah putus.</li><li>Memberi maaf terlebih dahulu jika seandainya orang lain yang melakukan kesalahan.</li><li>Tidak perlu kita menunggu permintaan maaf dari orang lain.</li><li>Memaafkan berarti menghapus luka-luka atau bekas-bekas kekesalan yang ada di dada hingga hilang dari ingatan kita. </li><li>Bukalah kembali lembaran baru hubungan kita.</li><li>Ingatlah, mereka yang enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dari Allah SWT. Karena itu dalam kamus agama tidak dikenal ungkapan “Tiada maaf bagimu”.</li><li>Ingatlah sifat-sifat orang yang bertakwa yang antara lain mampu menahan amarah dan memaafkan manusia (yang bersalah). Allah menyenangi orang-orang Muhsin, yakni berbuat kebajikan terhadap orang-orang yang pernah bersalah kepadanya.</li><li>Saat berkunjung berikanlah oleh-oleh atau cindera mata pada orang yang dikunjungi.</li><li>Berjabat tanganlah sebagai lambang kesediaan untuk membuka lembaran baru dan tidak mengingat lagi lembaran lama.</li><li>Berbincanglah dengan akrab.</li><li>Kirimi saudara kita pesan maaf dan selamat merayakan Idul Fitri melalui surat, telepon, e-mail, dll.<br /><br />Upaya menjalin hubungan yang serasi setelah terjadinya disharmoni adalah inti silaturahmi. Semoga kita kembali meraih hubungan harmonis sebagaimana seharusnya seorang muslim terhadap muslim lainnya.<br /> <br />Ingatlah, bagi mereka yang memutuskan silaturahmi, Allah mengecamnya, “<em>Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya pula mata mereka</em>.” (Q.S. Muhammad 47:22-23). Rasulullah SAW pun bersabda, “<em>Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturahmi</em>.” (H.R. Muttafaqun Alaih).<br /><br />Idul Fitri adalah momen yang tepat untuk menggalang silaturahmi. Karenanya, hendaklah kita meluangkan waktu untuk bersilaturahmi dan kita pelihara jalinan silaturahmi tersebut pada hari-hari berikutnya. Wallahu A’lam. (Idham, MAPI 2002)</li></ol>Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-13649848926709073742007-10-10T14:37:00.000+07:002008-12-09T17:29:07.589+07:00Mudik<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjplrU_eOzRXGq-ZU2BvlvC64HT0zD0-gnp4EHXdXrSZobJtATOzwDMwFYmI8rHCFFTfxqdfSQ7qsdaas3oc16o4td6xWfPhZS46XdlWGwTcSEwY8YW3zKKmpwIp6soyLBqN59R/s1600-h/mudik.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5119612930560836178" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; CURSOR: hand" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjplrU_eOzRXGq-ZU2BvlvC64HT0zD0-gnp4EHXdXrSZobJtATOzwDMwFYmI8rHCFFTfxqdfSQ7qsdaas3oc16o4td6xWfPhZS46XdlWGwTcSEwY8YW3zKKmpwIp6soyLBqN59R/s400/mudik.jpg" border="0" /></a><br /><div></div><br /><div>Menurut Wikipedia, Mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, Mudik boleh dikatakan sebuah tradisi yang mutlak harus dilaksanakan. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua.<br /><br />Saat masih kecil dulu belum terbayang apa-apa, ritual mudik yang saya tahu Cuma libur lebaran, terus bepergian ke rumah saudara-saudara. Tetapi sebenarnya ada makna yang lebih dalam lagi, yaitu mengingat-ingat asal muasal atau jati diri. Lha saya, lahir dan besar di Bandung? Berarti? Saya nggak usah mudik dong?<br /><br />Identitas orang jawa timur saya memang agak diragukan..hehehe..tapi ada yang paling berkesan dalam hidup saya, saya tidak bisa berbahasa Indonesia pada waktu masuk TK, yang ada teman-teman saya bengong alias nggak ngerti apa yang saya bicarakan...bayangin aja, dulu bapak dan ibu tinggal di lingkungan komplek tentara yang notabene orang jawa semua, dari mulai yang bertamu, saudara, sampai saya pergi ke warung pun itu memakai bahasa jawa, hasilnya yaaa gitu deh...hehehe<br /><br />Tahun ini saya tidak mudik ke Kota Nganjuk di Jawa Timur, kota asal Bapak saya. Tradisi mudik ini paling saya tunggu-tunggu semenjak saya TK, karena dari kecil saya paling seneng kalau bepergian. Ketika saya SMA, saya paling bersemangat untuk mudik (meskipun saya lahir dan besar di Bandung, hehehe...) soalnya pas SMA baru punya SIM A, jadi suemangat buanget kalau nyetir mobil, apalagi jarak jauh, mau bablas sampai Bali pun nggak masalah, nggak ngantuk (kalau kata orang jawa, masih kemaruk baru bisa nyetir..hehehe). Setiap peristiwa mudik punya cerita masing-masing, saya bisa tahu saudara-saudara bapak dan ibu yang tersebar di Jawa Timur. Keluarga Bapak ada yang di Gempol, Sidoarjo, Surabaya, Kediri, Jombang, sedangkan keluarga Ibu ada di Mojokerto, Malang, dan Tuban.<br /><br />Kangen rasanya bisa berkumpul dengan keluarga besar, bisa berbagi cerita. Bapak juga sering mengajak napak tilas tentang kehidupan masa kecilnya. Beliau harus jalan kaki kurang lebih 10 km untuk sekolah, ngalamin makan gaplek dan tiwul, belum ada listrik, kalau nonton TV nebeng di tempat pak lurah, hiburan lainnya paling berenang di kali atau cari burung ke hutan jati, seru kayaknya...<br /><br />Kangen pengen mudik...<br /><br />Kangen pengen ngumpul bareng adik kakak sepupu, bude, bulik, dll...<br />Kangen gule kambing buatan mBah Putri...<br />Kangen malem takbiran di kampung...<br />Kangen sate kambing di rumah bulik di Mojokerto...<br />Kangen Rujak Cingur...<br />Kangen Sego Pecel...<br />Kangen suasananya...<br />Kangen semuanya...<br /><br />Buat teman-teman yang mudik tahun ini, selamat mudik, hati-hati dijalan, semoga selamat sampai tujuan, salam buat orang-orang yang teman-teman kasihi....:)<br /><br />Insya Allah tahun depan saya mudik...</div>Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-81626735959278882312007-09-13T22:02:00.000+07:002007-09-13T22:06:37.774+07:00Kaum Ibu = The InfluentialsSaya kutip dari bukunya Hermawan Kertajaya, bisa dikatakan bahwa seorang ibu menjadi the influentials atau pihak yang memengaruhi ibu-ibu lainnya. Dalam bukunya, <em>The Influentials</em>, Ed Keller dan Jon Berry mengatakan bahwa the influentials umumnnya mengacu kepada beberapa karakteristik.<br /><br /><strong>Pertama</strong>, <em>the influentials </em>ummnya adalah seorang aktivis, mereka terlibat dalam berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan kantor, hingga kegiatan santai. Mereka juga terlibat dalam berbagai komunitas yang ada karena ingin menyalurkan aspirasi atau pandangan mereka dan memengaruhi orang lain untuk mendukung pandangan mereka tersebut. Nah, umumnya, kaum ibu, baik yang bekerja atau tidak bekerja, terlibat secara aktif dalam suatu komunitas, mulai dari arisan sampai komunitas keagamaan. Di komunitas tersebut, mereka berbagi rasa dan saling memengaruhi.<br /><br /><strong>Kedua</strong>, <em>the influentials </em>adalah mereka yang saling berhubungan. Harus kita akui bahwa kaum ibu cepat sekali membentuk jaringan yang luas, katakanlah dalam sebuah komunitas arisan. Komunitas yang mulanya berangotakan beberapa orang saja dalam sekejap mendapatkan banyak anggota. Kalau seorang ibu mengajak beberapa orang temannya untuk bergabung dalam arisan tersebut, kita bisa bayangkan, bagaimana pesatnya pertumbuhan anggota kelompok arisan ini.<br /><br /><strong>Ketiga</strong>, <em>the influentials </em>pastilah merupakan orang-orang yang memiliki pengarug. Mereka merupakan orang-orang yang nasihatnya selalu dicari orang lain. Dalam sebuah komunitas ibu-ibu, umumnya ada beberapa ibu yang sangat berpengaruh dan dihormati. Perkataannya selalu didengar oleh ibu lainnya dan nasihatnya selalu ditaati karena dianggap suatu nasihat yang benar.<br /><br /><strong>Keempat</strong>, <em>the influentials </em>biasanya merupakan trendsetters. The influentials selalu ingin menjadi yang terdepan dalam mengetahui sesuatu. Dalam dunia kaum ibu tidak disangkal lagi bahwa sebagian kaum ibu ingin menjadi trendsetter. Lihat saja bagaimana mereka berperilaku di arisan. Kalau sudah mau pergi ke arisan umumnya sang ibu akan mencari baju yang terbaik atau memakai aksesori yang unik. Mereka sangat bangga kalau orang lain memuji apa yang mereka kenakan dan mereka menganggap selangkah di depan yang lain dalam hal mode. Hal ini memang merupakan salah satu sifat dasar kaum wanita.<br /><br />Dari berbagai hal diatas, dapat kita lihat bahwa kaum ibu menjadi <em>the influentials </em>bagi ibu lainnya. Mereka memberi rekomendasi, memberi saran dan kritik terhadap suatu produk dan memengaruhi ibu lainnya untuk menggunakan produk yang sama dengan mereka. Ibu lainnya pun percaya pada sang <em>influentials </em>tersebut dan melakukan apa pun yang mereka sarankan.<br /><br />Bagaimana menurut anda?<br />Apakah anda salah satu dari <em>The Influentials </em>?Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-83576560303242461342007-09-13T22:00:00.000+07:002007-09-13T22:02:52.624+07:00Mulai dari NolKata mas Erbe Sentanu, beliau bilang bahwa semuanya berasal dari 0 (nol) alias tidak ada apa-apa. Saya mau cerita pengalaman paman saya yang mau membuka dan menjalankan usaha jualan beras.<br /><br />Cerita berawal dari paman saya yang membutuhkan pendapatan tambahan dan menabung untuk berbagai keperluan keluarganya kelak di kemudian hari. Setelah menimbang-nimbang bisnis apa yang akan dijalani, akhirnya jatuh pada jual beras, alasannya beras pasti laku karena merupakan bahan pokok, pasti tiap orang membutuhkannya. Sampai akhirnya bertemu dengan pak haji yang merupakan salah seorang bandar beras yang kalau dibilang levelnya sudah level kakap, kiosnya ada puluhan jumlahnya.<br /><br />Setelah ngobrol kesana-kemari, diketahui bahwa pendidikan dari si pak haji ini tidak lulus SD, sedangkan paman saya ini lulusan Magister Manajemen dari Salah satu universitas ternama di Kota Bandung. Sewaktu pak haji nanya bagaimana rencana jualannya, paman saya menerangkan dengan runut berdasarkan teori yang diperoleh dari kuliahannya, mulai dari promosi lewat brosur, de el el. Eh lha kok ndilalah kata pak haji ke paman saya, “wah dik, kalau saya nggak pake ilmu gituan, saya langsung belajar di lapangan, nggak ngerti saya sama yang begituan”. Deg, wah ini nih kalau bicara langsung dengan pedege yang udah pengalaman, meskipun nggak sekolah tinggi, tapi ya itu, pengalamannya buanyak buanget atau istilah kerennya street smart lah.<br /><br />Pak haji ini juga cerita bahwa banyak yang dibimbing oleh beliau, sekarang jadi pedege beras yang berhasil. Setelah beberapa lama akhirnya paman saya pamit pulang. Sesampainya dirumah, diskusi dengan keluarganya, dan keesokan harinya hunting kios untuk dagang beras. Setelah keliling-keliling dan tawar menawar, akhirnya sepakat untuk mengontrak sebuah kios di pasar.<br /><br />Berikutnya, paman saya mengumpulkan modal untuk membeli stok beras ke pak haji. Tapi apa pas nyampe pak haji? Ternyata pak haji menyarankan untuk jangan membayar atau membeli beras dari pak haji. Pak haji mensyaratkan bahwa paman saya harus “magang” dulu di kios berasnya. Pak haji pesan, sekarang jangan menyetok beras dulu, belajar dagang dulu, harus tahu jenis-jenis beras, kualitas dan harga pasarannya seperti apa, bagaimana menangani pelanggan, dll. Duing....paman saya bengong, tadinya berangkat dari rumah dengan menyiapkan sejumlah uang untuk membeli beras, tapi akhirnya apa? Ya itu tadi, “magang” dulu....hehehe<br /><br />Masih ada orang-orang yang “care” seperti itu ya, tidak langsung mentang-mentang dengan modal yang cukup bisa langsung jualan, tapi pak haji mensyaratkan “magang” dulu, kalau niat jualan kan tinggal jual saja nggak perlu harus magang dulu. Ternyata, kalau saya tangkap dari pembicaraan antara pak haji dengan paman saya, pak haji nggak sekedar ngobrol biasa saja, tapi juga ingin mengetahui sejauhmana keseriusan dan kegigihan dalam memulai usaha. Kalau ada orang yang minta diajarin, ya diajarin dari mulai nol, apalagi sebelumnya belum pernah jualan beras.Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-86437205188728909482007-09-13T21:54:00.000+07:002008-12-09T17:29:07.755+07:00Marhaban Ya Ramadhan 1428 H<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_mc34z7_gsSSgcaso4fkjFkI92X-ONSnXn72DbrFW8wfXj3e3mfyWvyXiAnzPG7zzKij1WofW19TPpfTMah0ykVKl7vtEdcs9AKqHir0AQhH5fuzuebZfnDM3-eSnnZ8kRr5M/s1600-h/ramadhan1.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5109702704279426002" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; CURSOR: hand" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_mc34z7_gsSSgcaso4fkjFkI92X-ONSnXn72DbrFW8wfXj3e3mfyWvyXiAnzPG7zzKij1WofW19TPpfTMah0ykVKl7vtEdcs9AKqHir0AQhH5fuzuebZfnDM3-eSnnZ8kRr5M/s320/ramadhan1.jpg" border="0" /></a><br /><div>Selamat datang bulan Ramadhan, bulan dari segala bulan. Bulan yang selalu dinanti-nanti umat Muslim se-dunia. Bulan yang penuh hikmah, barokah, rahmah dan ampunan.</div><br /><div></div><br /><div>Semoga kita semua selalu dalam lindungan dan petunjuk-Nya agar kita dapat meraih kemenangan di kemudian hari, dihapuskan semua dosa kita, dan diterima segala amal ibadah kita seperti bayi yang baru lahir, kembali lagi ke fitrahnya.</div><br /><div></div><br /><div>Mohon maaf lahir dan batin....Selamat menjalankan ibadah Puasa Ramadhan. Semoga kesucian hati, pikiran dan tindakan selama berpuasa akan menjadikan kita menjadi umat yang lebih baik lagi. Semoga Allah SWT melimpahkan kasih dan sayang-Nya bagi kita semua..amin </div>Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-50342616748446424612007-08-17T13:09:00.000+07:002007-09-02T19:38:55.026+07:00Renungan di Hari KemerdekaanIni renungan saya pada saat upacara bendera di kampus...<br />Bung Karno dalam pidatonya tanggal 17 Agustus 1954, pernah berkata, " Allahu Akbar! dahulu orang berkata bahwa Republik Indonesia tidak akan tahan delapan minggu. Kini ia telah berusia 450 minggu!". sekarang negara republik ini berusia 62 tahun.<br /><br />Diantara berbagai pendapat teman-teman saya, bermacam-macam sekali mulai dari yang berpendapat, "apa bener kita sudah merdeka?" sampai "kita harus meneruskan dan mengisi kemerdekaan ini, hingga suatu saat kita bisa mewariskan sesuatu yang berguna untuk anak cucu kita.."<br /><br />Terlepas dari berbagai pendapat yang ada, saya punya pendapat "apa yang sudah kita berikan kepada masyarakat dan negara?" jangan berbalik bertanya "apa yang sudah kita dapat dari masyarakat dan negara?" kenapa? kedua kalimat itu punya arti yang beda, kalimat yang pertama menunjukkan kita harus aktif sedangkan kalimat yang kedua kita hanya menunggu, lha sedangkan kalau kita menunggu kapan nyampe nya? kalau kapal itu nggak dateng-dateng, ya nyebur aja kita berenang untuk menjemput impian kita.<br /><br />Karena saya berkecimpung di bidang pendidikan, saya punya pendapat bahwa pendidikan merupakan kunci menuju bangsa yang sejahtera. Pendidikan tidak hanya terbatas pada lingkungan tembok sekolah dan kampus, tapi lebih luas lagi. Tugas sekolah dan kampus tidak hanya menekankan pada kompetensi akademis semata, tapi juga menumbuhkan karakter (kejujuran, kerendah hatian, tolong menolong), keterampilan dan kecakapan hidup (mengkomunikasikan pikiran, negosiasi, dan sejenisnya), dan jiwa entrepreneurship (wirausaha).<br /><br />Jadi, apa yang sudah kita berikan kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara?<br /><br />Merdeka!!!Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-52813581898734945012007-07-22T19:39:00.001+07:002007-07-22T19:52:24.497+07:00Menabung, Langkah Menuju KesejahteraanRasanya persoalan dalam kehidupan ini tidak pernah ada hentinya di mana saja kita berada. Demikian pula dalam kehidupan finansial kita. Bahkan ketika kita telah memiliki penghasilan yang stabil bahkan bertambah sesuai dengan karier, kita masih akan menghadapai persoalan.<br />Persoalan yang seringkali kita hadapi adalah apakah kita mampu memanfaatkan uang yang dengan susah payah kita kumpulkan itu sesuai dengan tujuan hidup kita. Hal ini sangat terkait dengan bagaimana kita mengatur arus kas keuangan? Karena persoalan arus kas akan menentukan kemana penghasilan yang selama ini dihasilkan pergi, maka membangun kebiasaan menabung menjadi sangat dibutuhkan.<br /><a id="more-337"></a><br />Prinsip mendasar yang sangat mudah diterima adalah realitas keterbatasan pemasukan dibandingkan dengan tujuan/impian/cita-cita finansial. Hal ini, secara tidak langsung menjadikan perencanaan arus kas menjadi sangat penting baik bagi kepentingan jangka pendek apalagi untuk tujuan jangka panjang. Keduanya harus dilakukan secara bersama-sama, simultan dan terencana.<br /><br />Kegagalan mengatur arus kas adalah berarti juga kegagalan mengatur jalan kehidupan finasial yang akan berujung pada kegagalan seluruh kehidupan finansial. Tidak peduli berapapun besar penghasilan dan kekayaan yang telah dicapai.<br />Pengaturan arus kas dan alokasi tabungan, harus mampu mengintegrasikan antara tujuan-tujuan finansial dengan proyeksi penghasilan dan pengeluaran. Arahkan segala kemampuan finansial secara maksimal guna mencapai tujuan finansial jangka pendek maupun jangka panjang.<br /><br /><strong>Sepatah kata pendapatan dan kesejahteraan<br /></strong>Tidak seorang pun menjadi kaya hanya karena penghasilannya besar. Kekayaan menjadi nyata bila Anda menyimpan atau menyisihkan dana setiap bulannya dan menginvestasikannya.<br />Banyak orang berpikir, menurut hemat kami kurang logik, “bila saja saya menghasilkan uang lebih banyak maka semua keadaan akan lebih baik”. Realitanya, dengan meningkatnya pendapatan pasti akan selalu dibarengi dengan kenaikan standar hidup atau gaya hidup. Sehingga Anda akan tetap membutuhkan hampir semua penghasilan bulanan yang Anda peroleh dengan kerja keras.<br />Kenyataannya, bila individu atau keluarga gagal merencanakan menabung —saving goals— maka mereka hanya akan menambah utangnya.<br />Bila Anda mendapatkan promosi maka dengan standar hidup baru Anda harus membeli mobil yang lebih mempresentasikan jabatan Anda. Mobil baru dengan kredit yang artinya utang.<br />Kemudian, Anda berpikir dengan posisi sekarang ini maka saya harus membeli rumah yang lebih bagus. Dengan pola pikir dan kebiasaan seperti ini, sulit untuk mencapai apa yang diinginkan, yaitu kekayaan atau kesejahteraan masa datang.<br />Sangat tidak benar bila Anda berpikir bahwa kekayaan akan datang dengan sendirinya karena penghasilan Anda besar serta tetap mempertahankan perilaku keuangan Anda. Anda harus berubah menjadi lebih baik dan lebih bertanggung jawab.<br /><br /><strong>Aturan dalam menabung</strong><br />Sebelum masuk kedalam berbagai ulasan seputar kebiasaan menabung dan bagaimana membangun pola sistematis dalam meningkatkan alokasi menabung bagi keuangan keluarga, ada baiknya kita memulai dengan suatu yang mudah.<br />Apakah menabung itu? Menabung bukan membeli pada saat diskon atau membeli mobil dengan diskon tunai. Menabung adalah menyisihkan dana dari pendapatan setiap bulannya untuk suatu tujuan keuangan di masa depan.<br />Tentunya, setiap keluarga pasti memiliki tujuan keuangan yang ingin dicapai. Terkadang tujuan yang kita inginkan tidak bisa kita capai atau miliki pada saat itu karena besarnya biaya yang dibutuhkan.<br /><br />Oleh karena itu, untuk memilikinya atau mencapainya, Anda dapat melakukan dengan dua cara. Pertama adalah dengan berhutang atau meminjam dana pada pihak tertentu, misalkan bank. Dengan mengambil langkah ini Anda harus membayar jumlah utang yang Anda pinjam dan bunganya. Sedangkan yang satunya adalah dengan menyisihkan dana dari pendapatan sampai terkumpul dana yang cukup untuk membeli barang yang Anda inginkan atau tujuan keuangan yang ingin dicapai.<br />Dari segi waktu, cara pertama memungkinkan Anda untuk membeli sesuatu lebih cepat dibandingkan dengan cara kedua. Dengan itu, Anda harus membayar lebih dengan bunga yang harus ditambahkan dari biaya awal.Namun, perihal utang ini harus dipertimbangkan secara bijak. Jangan sampai cicilan utang yang harus dibayar setiap bulannya memberatkan keuangan Anda dan keluarga. Secara umum, dari pendapatan yang diperoleh setiap bulannya, alokasi dana untuk cicilan bulanan tidak melampaui 30 persen.<br />Bila Anda bisa menyisihkan sebagian dari pendapatan Anda secara regular, maka potensi pencapaian t`ujuan juga akan semakin meningkat.<br />Mengapa orang sulit untuk menabung? Salah satu hal yang menyebabkan sulitnya individu untuk menabung adalah tujuan keuangan. Tanpa tujuan keuangan yang spesifik maka tidak ada dorongan atau motivasi untuk mencapai apa yang diidamkan selama ini. Oleh karenanya kami merasa bahwa tujuan keuangan menjadi sangat dibutuhkan.<br />Mungkin juga karena Anda tidak memiliki account tabungan atau investasi yang berbeda dengan tabungan pemakian sehari-hari. Karena bila tabungan untuk kebutuhan harian dan tabungan untuk tujuan masa datang berada dalam satu account maka akan sangat sulit untuk dapat menyisihkan sebagain dari tabungan tersebut. Karena semuanya berasal dan menuju kesatu tabungan. Ada baiknya bila Anda mulai memikirkan untuk membuka rekening tabungan atau investasi yang lain sebagai penempatan dana guna mencapai tujuan keuangan yang dimiliki.<br /><br /><strong>Tabungan yang Harus Dialokasikan<br /></strong>Untuk itu dibutuhkan beberapa hal yang menjadi tujuan umum yang harus dimiliki oleh setiap keluarga dalam hal tujuan keuangan. Pertama adalah tabungan untuk kebutuhan jangka pedek. Kebutuhan tersebut atau tujuan tersebut adalah dana darurat.<br />Bila Anda belum memilikinya, sebaiknya alokasikan untuk kebutuhan darurat ini. Karena kita tidak tau apa yang akan terjadi satu menit atau bahkan satu detik yang akan datang. Menyisihkan dana darurat harus sebagai prioritas awal dalam hal perencanaan keuangan keluarga. Sebagai acuan, dana yang sebaiknya ditempatkan dalam dana darurat antara 3-6 bulan biaya hidup bulanan. Sebagai contoh, bila pengeluaran regular perbulan Anda adalah sebesar Rp 5 juta, maka tempatkan dana sebesar antara Rp 15 juta sampai Rp 30 juta sebagai dana darurat. Tempatkan dana, sehingga mudah untuk dicairkan atau dalam investasi dengan tingkat likuiditas yang tinggi.<br /><br />Kedua, adalah kebutuhan atau tujuan keuangan jangka menengah. Dalam hal ini banyak sekali kebutuhan yang mungkin menjadi tujuan keuangan, misalkan membeli rumah dengan kredit sehingga membutuhkan uang muka sebagai awal transaksi. Atau untuk membeli mobil sebagai alat transportasi keluarga. Dan masih banyak lagi yang lainnya.<br /><br />Ketiga, dan ini merupakan kebutuhan jangka panjang yaitu, biaya pendidikan anak dan dana pensiun. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya dapat memperoleh pendidikan yang terbaik. Karena pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan di masa datang. Tabungan untuk hal ini bisanya menjadi alternatif yang harus dipertimbangkan.<br />Perhitungkan dengan benar kebutuhannya dan mulailah menabung untuk tujuan tersebut. Untuk kebutuhan jangka panjang, waktu adalah sahabat Anda. Semakin panjang waktu yang dimiliki akan semakin kecil kebutuhan tabungan regular yang harus dialokasikan, dengan asumsi tingkat suku bunga serta besarnya kebutuhan yang diinginkan tetap sama.<br />Selain dari tabungan pendidikan, biasanya kebutuhan jangka panjang lainnya adalah dana pensiun. Hal ini biasanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga dibutuhkan perencanaan yang seksama dan dilakukan secara berkesinambungan. Mulailah sejak awal karena hal ini akan memberikan banyak kelebihan bagi Anda, baik dari pilihan investasi yang lebih beragam dan tentunya keuntungan waktu yang lebih panjang.<br /><br /><strong></strong><strong>Strategi Menabung yang Jitu</strong><br />Trik untuk menabung adalah mengetahui bagaimana caranya dan membuatnya menjadi kebiasaan. Terdapat banyak cara yang kurang lebih sudah pernah kami dbawah dalam beberapa artikel terdahulu untuk dapat mencapai tujuan yang ada. Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah jadikan menabung sebagai prioritas Anda.<br />Menabung secara sistematis<br />Sekaranglah Anda harus memulai untuk menabung. Banyak orang gagal dalam melakukan dan tetap menabung karena mereka memaksakan dirinya dengan jalan mengurangi kebutuhan setiap bulannya. Mereka memangkas sedikit pengeluaran disini dan disana. Walau sudah melakukan hal itu tetap saja mereka hanya dapat menyisihkan sedikit setiap bulannya.<br />Mungkin ada baiknya bila Anda merubah skenario menabung. Bila dipelajari Anda membayar orang lain terlebih dahulu bukannya diri Anda sendiri. Anda membayar tukang roti bila Anda membeli roti, Anda membayar tukang potong rambut langganan Anda apabila selesai menata rambut Anda. tapi pertanyaan, kapan Anda membayar untuk diri Anda sendiri?<br />Jadi sudah sebaiknyalah Anda membayar untuk diri Anda sendiri sebelum Anda membayar untuk orang lain. Menurut hemat kami, ada jalan dimana Anda dapat membayar untuk diri Anda sendiri, dengan menyisihkan 10 persen dari penghasilan bulanan setiap bulannya di depan, jangan setelah Anda menggunakannya selama sebulan atau apa yang tersisa tapi Anda harus menyisihkannya dimuka.<br />Mulai dengan minimal 10 persen dari pendapatan Anda yang Anda bayarkan untuk diri Anda sendiri, maka Anda akan memelihara angsa petelur emas yang akan menjadikan anda kaya. Sisa 90 persen dapat digunakan untuk membayar orang lain dan kami sangat yakin hal ini tidak akan membawa perubahan gaya hidup yang selama ini Anda jalankan.<br />Dengan memulai langkah ini akan membangun kebiasaan Anda dalam menabung. Sedikti demi sedikit mulailah untuk meningkatkan tabungan regular bulanan yang harus Anda sisihkan. Sekali lagi sesuaikan dengan tujuan keuangan yang Anda miliki dna mulailah menabung. Lakukanlah sejak dini dan hidup sejahtera saat Anda pensiun.<br /><br /><span style="font-size:85%;"><em></em></span><span style="font-size:85%;"><em>Diambil dari Harian Umum Sore Sinar Harapan Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN. Rubrik ini diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy Sembel, M. Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis. </em></span><br /><em><span style="font-size:85%;"></span></em>Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-58608823814946082652007-07-22T19:33:00.000+07:002007-07-22T19:39:49.227+07:00Pentingnya Menabung Untuk PensiunMasa pensiun bisa jadi merupakan masa yang menggembirakan bagi sebagian orang, namun bisa juga menjadi masa yang penuh kegelisahan bagi sebagian lainnya. Mungkin banyak dari Anda yang bertanya, apa sih yang dimaksud dengan masa pensiun? Gampang saja, kok, masa pensiun adalah masa dimana kita bisa berhenti bekerja dan tentu saja berhenti mendapatkan penghasilan dari pekerjaan yang biasa kita tekuni.<br />Nah, apabila seseorang telah mempunyai cukup uang untuk membiayai kebutuhan-kebutuhannya di masa pensiun, tentu ini akan sangat menggembirakan. Bayangkan, kebutuhan bisa tetap tercukupi tanpa harus bekerja lagi. Waktu dan tenaga yang biasanya dihabiskan untuk bekerja dapat digunakan untuk beristirahat atau melakukan hal-hal yang menjadikan kegemaran kita. Tetapi sebaliknya, bila pada masa pensiun, seseorang tidak atau belum mempunyai cukup uang untuk membiayai hidupnya, maka yang terjadi bukannya bersantai, melainkan gelisah mencari cara supaya bisa tetap hidup. Betul, kan?<br /><a id="more-338"></a><br />Banyak orang, terutama yang bekerja sebagai pegawai, merasa optimis bahwa dirinya akan bisa menikmati masa pensiun secara menyenangkan.<br />“Perusahaan saya, kan punya dana pensiun untuk saya nanti, buat apa saya mesti pusing-pusing mikirin persiapan uang pensiun…,” begitu komentar sebagian dari mereka.<br />Benar, setiap orang tentu ingin mengalami masa pensiun yang menyenangkan dan bukannya menggelisahkan. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang menyediakan dana pensiun untuk karyawan yang telah bekerja keras selama ini, sehingga mereka bisa pensiun dengan tenang.<br />Tapi, pernahkah Anda menghitung berapa jumlah Dana Pensiun yang akan Anda dapatkan kelak dari perusahaan? Bila ya, pernahkah Anda menghitung berapa sebenarnya kebutuhan hidup Anda setelah pensiun kelak? Dan pernahkah Anda membandingkan keduanya, sehingga Anda mengetahui apakah uang pensiun Anda cukup atau tidak untuk membiayai hidup Anda?<br />Yang sering terjadi, jarang orang mencoba mencari tahu apakah uang pensiunnya cukup untuk membiayai kehidupan masa pensiunnya kelak. Mereka hanya menggantungkan uang pensiun dari perusahaan sebagai sumber biaya hidup di masa pensiun. Padahal, hanya dia sendiri yang tahu persis berapa kebutuhan hidupnya setelah pensiun, bukan perusahaan.<br />Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengetahui apakah uang pensiun Anda cukup atau tidak sebagai gantungan hidup Anda kelak. Bila cukup, mungkin tidak jadi masalah. Tapi bila tidak, maka Anda, mau tak mau, harus menambahnya sendiri, sehingga kelak terkumpul cukup dana untuk membiayai kehidupan pensiun Anda.<br /><br /><strong>DUA CARA MENAMBAH DANA PENSIUN<br /></strong>Sebelumnya, kita sudah menyinggung perlunya menambahkan sendiri dana pensiun bila ternyata nantinya, setelah dihitung, Uang Pensiun yang Anda terima dari perusahaan tidak cukup untuk membiayai kehidupan pensiun Anda. Lalu, bagaimana cara menambahkan sendiri dana pensiun Anda? Secara garis besar, ada 2 cara yang bisa Anda lakukan:<br />Membuka usaha sampingan<br />Menabung secara rutin<br />Kita akan membahas untung-rugi setiap dari alternatif cara tersebut satu-persatu:<br /><strong><em></em></strong><br /><strong><em>1. Membuka Usaha Sampingan<br /></em></strong>Membuka usaha sampingan, intinya adalah menambah penghasilan di luar pekerjaan, sehingga hasil dari usaha sampingan ini bisa digunakan sebagai tambahan dana untuk membiayai kehidupan pensiun. Membuka usaha sampingan bisa sangat menguntungkan, karena biasanya dengan membuka usaha, bisa didapat hasil yang besar dalam tempo yang lebih cepat.<br />Namun perlu diingat, keberhasilan tersebut bisa didapat hanya dengan pengelolaan yang baik dan konsentrasi penuh. Hal yang kedua inilah yang sulit didapat, mengingat Anda masih terikat pada pekerjaan. Seringkali seseorang terlalu fokus pada pekerjaan sampingannya, sehingga pekerjaan utamanya malah jadi terbengkalai. Ini tentunya malah bisa menimbulkan kondite buruk yang dapat menghambat karier Anda dan juga menghambat penghasilan dari pekerjaan utama.<br />Membuka usaha sampingan juga tidak lepas dari risiko, terutama risiko finansial. Tidak tertutup kemungkinan, usaha sampingan juga bisa merugi. Kalau itu yang terjadi, bukannya tambahan dana untuk biaya pensiun yang didapat, tapi bisa-bisa dana untuk biaya hidup sekarang pun habis untuk nombok. Tapi, bukan berarti Anda tidak boleh membuka usaha sampingan untuk mempersiapkan pensiun Anda, lho. Anda tetap bisa membuka usaha sampingan untuk mempersiapkan pensiun, asal siap dengan segala konsekuensi yang akan Anda hadapi.<br /><br /><strong><em>2. Menabung Secara Rutin </em></strong><br />Alternatif kedua ini relatif lebih mudah daripada yang pertama. Anda bisa menyisihkan sebagian uang dari penghasilan rutin untuk dimasukkan ke dalam tabungan. Nantinya, tabungan tersebut akan berkembang terus hingga mencapai jumlah yang cukup besar.<br />Keuntungan dari menabung ini adalah Anda tidak perlu mengorbankan waktu dan pikiran, sehingga bisa tetap berkonsentrasi ke pekerjaan utama Anda. Dengan tetap berkonsentrasi pada pekerjaan utama, kinerja Anda pun bisa semakin baik, dan otomatis penghasilan juga bisa membaik. Jadi, Anda mendapatkan keuntungan ganda: karier dan penghasilan yang semakin baik, serta penghasilan dari terus berkembangnya tabungan. Namun, bukan berarti menabung tidak ada kelemahannya. Kelemahannya, dengan menabung, berarti jangka waktu Anda mengumpulkan dana tersebut bisa lebih panjang daripada membuka usaha sampingan. Tak perlu khawatir, kelemahan ini bisa diatasi dengan mulai menabung sejak dari sekarang.<br /><br /><strong>KEBUTUHAN HIDUP DI MASA PENSIUN </strong><br />Mungkin Anda pernah berkata, “Kalau saya pensiun nanti, biaya hidup saya pasti akan turun. Saya, kan nggak neko-neko.” Pendapat tersebut ada benarnya, namun tidak seluruhnya benar. Neko-neko atau tidak, pada masa pensiun, akan ada perubahan jumlah biaya untuk setiap pos pengeluaran Anda. Dan karena Anda sudah tidak bekerja lagi, maka besar kemungkinan biaya transportasi serta busana dan asesoris akan menurun jumlahnya.<br />Sebaliknya, karena usia Anda saat itu sudah beranjak tua, biaya kesehatan biasanya akan meningkat pesat. Biaya untuk hobi dan hiburan juga meningkat, seiring makin banyaknya waktu luang yang Anda miliki. Sedangkan pos belanja pribadi, telepon, air, dan listrik biasanya cenderung tetap. Dari perkiraan naik dan turunnya biaya setiap pos pengeluaran ini, Anda bisa menghitung sendiri berapa kira-kira kebutuhan hidup Anda nanti setelah pensiun.<br /><br /><strong>CARA MUDAH,MENABUNG SECARA RUTIN </strong><br />Menabung secara rutin bisa menjadi alternatif mendapatkan tambahan uang pensiun secara mudah. Cukup dengan menyisihkan sebagian dari penghasilan setiap bulan, maka di kemudian hari, Anda bisa memetik hasilnya. Memang, tak bisa dipungkiri bahwa menabung merupakan alternatif yang memakan waktu lebih lama daripada membuka usaha. Oleh karena itu, kita bisa menyiasatinya dengan cara menabung sedini mungkin, yaitu mulai dari sekarang. Apabila Anda menabung sendiri, maka Anda harus bisa memperkirakan jangka waktu tabungan dan besarnya tingkat hasil yang didapat (return), agar bisa mendapatkan hasil tabungan yang bisa mencukupi kebutuhan dana pensiun Anda kelak.<br />Seringkali, orang menganggap remeh menabung secara rutin, apalagi dalam nominal kecil. Seratus ribu atau duaratus ribu per bulan, misalnya. Tapi, percaya atau tidak, pepatah lama “Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit” itu memang terbukti. Cukup dengan, misalnya uang Rp 500 ribu per bulan, Anda bisa mendapatkan sejumlah uang yang cukup besar setelah jangka waktu tertentu. Berikut ini ada ilustrasi jumlah yang akan Anda dapatkan apabila Anda menabung sebesar Rp 500 ribu per bulan selama 15 tahun, dengan asumsi tingkat suku bunga atau hasil tertentu.<br />TABEL:Jangka waktu 15 tahun Setoran tabungan:Rp 100 ribu/bulan ASUMSI TINGKAT HASIL (return) per tahun<br />10 % =Rp. 41.792.427<br />15 % =Rp. 67.686.309<br />20 % =Rp. 113.429.490<br />Dengan asumsi bunga berbunga bulanan<br />Dari ilustrasi di atas, Anda bisa melihat bahwa bila Anda menabung rutin Rp 500 ribu tiap bulan ke dalam, katakanlah, produk investasi di bank dengan suku bunga 10 persen per tahun, maka setelah 15 tahun, uang Anda akan menjadi sekitar Rp 200 juta lebih. Bila Anda menabung dengan tingkat hasil 15 persen, uangnya menjadi Rp 338 juta lebih, dan bila tingkat hasilnya 20 persen, jumlah uangnya akan menjadi hampir Rp 567 juta lebih. Padahal, total setoran Anda selama 15 tahun tersebut hanyalah sebesar Rp. 500.000 X 12 bulan x 15 tahun = Rp 90 juta. Luar biasa, bukan? Hanya dengan menabung Rp 90 juta, Anda bisa mendapatkan hasil investasi yang banyak sekali.<br />Jadi, tunggu apalagi? Menabunglah dari sekarang untuk masa pensiun Anda.<br /><br /><a href="http://perencanakeuangan.com/">Safir Senduk</a><br />Dikutip dari Tabloid NOVA No.803/XIIIAgung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-87466465825193096042007-06-13T16:58:00.001+07:002007-06-13T17:00:39.857+07:00A Secret of Financial ManagementBy: Safir Senduk<br />From <a href="http://www.indoexchange.com/services/commentary/01columnist04022001en.html">IndoExchange.com</a><br />A huge earning is usually considered for measuring the wealth of someone. However, why do so many people with huge income frequently end up running out of money in the middle or at the end of the month? What is the problem?If you have a job now, do you remember the first one you ever had? Usually, the first experience on work is the most unforgettable experience.Let's take an example. Anto was still living with his family until he got a job at the age of 23, as a clerk in a trading company. At that time, he had just graduated. Although he had to go through a probationary period, Anto was so excited when he knew that he would get his first salary. His salary was Rp 600,000, which he would receive on the 27th.We can guess what he would want to do: he wanted to treat his family. He wanted to express his gratitude for getting a salary for the first time in his life, and he also wanted to show them that he was independent now.Let's see: he received the salary on the 27th. On the 29th he took his family out for a meal in an all-you-can-eat restaurant, so each of them could satisfy their appetite. The pre-tax cost for one person was Rp 22,000, and after tax was Rp 24,200 per person. All of his family members were 7, consisting of his father, mother, one big brother and 3 annoying younger brothers. All was 6, plus Anto made it 7. It means that he had to pay the dinner bill of Rp 169,400. Which means, only 2 days after he received his salary, he had already spent 28% out of his salary for that month. So, he had only Rp 430,600 left for the rest of the month."No problem", thought Anto. "It's my own family that I treated, not other people. Besides, it's not every day I do that. Once a month is enough." Days went by. One week, 2 weeks, 3 weeks. "Hmm…that stuff in the mall looks pretty good. There is a very interesting looking shirt. Okay, it costs Rp 28,000. There's also this nice pair of trousers to wear for work. Very cheap, costs only Rp 65,000. It won't hurt to look stylish at the office". He then started buying things. "Okay", Anto thought, "one shirt and a pair of pants for this month. The rest of my salary would be used for transportation and food until the end of the month" .What happened? On the 24th of the next month, just three days before his second-month payday, he had only Rp 50,000 left.Anto started thinking. Okay...., such was because he spent most of his money to treat his family. Also this was his first time working. Within the coming months, his finance would be better.The second month, he got his salary again. Still in the same amount. No raise yet. The difference was no more treating the family. Days and weeks went by. A few days before his third salary, he only had Rp 75,000 left.Three months passed by, he was finally accepted as permanent employee. He got a Rp 150,000 raise to Rp 750,000. "Not bad", Anto thought. This meant that I would be able to "breath" and save a little. But strangely, a few days before even one month period ended, his still had only little money left. The sixth month, the seventh month, the eight month, although he got a raise, but he still ran out of money and could not put any into savings.As a matter of fact, Anto is not the only one, whose income is under Rp 1m, with this problem. Even people with millions per month income still have trouble saving money.What is really happening? Many people think that by getting a raise, they will not run out of money in the middle of the month and they can save for sure. Every month they hope that they will get a raise the next months. But after they really get a raise, they still run out of money.It is clear that the solution here lies not on how big your income is. The amount of your income does not guarantee that you will not run out of money in the middle of the month. The size of your income does not guarantee that you will be able to save. The key here is not how much money you make, but how you manage your income so that it can be stretched in a one-month period.There is no fixed way on the right method to manage your finance. However, based from experiences, there are several things that can help you manage your finance well each month:Plan your income and outcome every month.Carry out the plan strictly.Have reserved fund.Join insurance plan.In the next number, we will discuss each of the approachesAgung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-60491987565940777612007-05-31T23:22:00.000+07:002007-05-31T23:27:46.687+07:00Kegagalan Finansial, Apa Penyebabnya?Sebuah keluarga bagai sebuah perusahaan, membutuhkan perencanaan. Tidak banyak perbedaan mengelola keuangan sebuah perusahaan dengan keuangan keluarga. Keduanya sama-sama memiliki pemasukan dan juga pengeluaran. Tentunya tujuan-tujuan keuangan keduanya memiliki perbedaan. Tapi tetap memiliki sebuah tujuan yang sama mencapai kesejahteraan serta keuntungan bagi anggotanya.<br />Apakah dengan perencanaan, kesuksesan finansial pasti menjadi kenyataan? Kami bisa katakan ‘tidak’. Mengapa? karena banyak sekali faktor yang bisa mengubah jalur perencanaan yang sudah kita tetapkan di depan.<br />Apakah Anda tau, musuh terbesar dalam mencapai kesuksesan keuangan? Apakah bank? Atau kartu kredit? Kami bisa katakan ‘bukan’. Bila Anda harus memilih musuh terbesar Anda dalam mencapai kesuksesan finansial, dimana Anda akan mencarinya?<br /><a id="more-310"></a><br />Jawabnya, lihatlah ke cermin. Orang inilah yang harus Anda waspadai dengan baik. Orang inilah yang memiliki kartu kredit terlalu banyak, orang inilah yang melihat berbagai iklan di TV dan membaca berbagai majalah dan mengambil keputusan hanya karena iklan. Inilah orang yang kurang teliti dalam hal keuangannya dan jatuh dalam kesulitan.<br /><span style="font-size:130%;">Alasan Kegagalan </span><br />Untuk itulah, kami mencoba berbagai beberapa hal yang menurut hemat kami harus dihindari agar kesuksesan finansial yang Anda inginkan bukan hanya sekedar mimpi tapi adalah kenyataan.<br /><span style="font-size:130%;">Alasan pertama</span>, kurangnya pengetahuan atau lebih tepatnya, kurangnya dorongan untuk terus belajar. Coba berusaha untuk membaca berbagai informasi mengenai keuangan keluarga mulai dari majalah, Koran atau bahkan buku-buku keuangan. Dengan pengetahuan dasar seperti konsep bunga berbunga akan membuka mata Anda betapa pentingnya memulai investasi sedini mungkin.<br />Kami yakin Anda sudah memahami Rule of 72. Rule 72 ini membantu Anda menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk dana Anda berkembang menjadi dua kali lipat. Caranya, dengan membagi 72 dengan bunga yang Anda peroleh dari investasi yang ditempatkan.<br />Hasilnya adalah waktu yang dibutuhkan dana Anda untuk tumbuh menjadi dua kali lipat. Misalkan, bunga yang Anda peroleh dari tabungan adalah sebesar 6%, maka dana Anda akan bertumbuh menjadi dua kali lipat dalam waktu 12 tahun (72/6 = 12). Bagaimana bila hasil investasinya 12%?<br />Tentunya jangka waktu uang Anda menjadi dua kalipat akan semakin pendek, enam tahun. Dan semakin panjang waktu yang Anda miliki akan memberikan tingkat perkembangan yang sangat besar, karena compound interest bukan merupakan persamaan linear, 1,2, 3, 4 dst. Tapi itu merupakan fungsi geometrik 1, 2, 4, 8, 16, 32 dan seterusnya. Perhatikan bahwa perkembangannya akan semakin besar dengan berjalannya waktu.<br /><span style="font-size:130%;">Alasan kedua </span>mengapa kita gagal mencapai kesuksesan finansial adalah karena gagal untuk memulai perencanaan. Dalam salah satu bukunya Ric Edelman menyebutkan sedikitnya empat masalah utama yang membuat orang gagal menciptakan kesuksesan finansial sebagaimana mereka harapkan, yakni:1. Sikap suka menunda-nunda (procrastination);2. Kebiasaan menghabiskan (spending habits);3. Inflasi yang terus meningkat (inflation); dan …4. Pajak (taxes).<br />Dua hal pertama yang disebutkan Edelman lebih merupakan masalah personal/pribadi, sementara dua hal lainnya boleh dikatakan sebagai masalah “sosial”. Atau dapat juga dikatakan bahwa dua hambatan pertama merupakan faktor “internal”, sementara dua yang lainnya bersifat “eksternal”.<br />Faktor “internal” harus diatasi dan diselesaikan pada level personal. Sikap suka menunda-nunda perencanaan keuangan, misalnya, hanya dapat diatasi oleh pihak yang bersangkutan dan tidak mungkin diselesaikan oleh pihak lain, termasuk oleh financial planner. Demikian juga soal kebiasaan membelanjakan uang.<br />Berbeda dengan faktor “internal” yang lebih merupakan tanggung jawab pribadi, faktor “eksternal” berkaitan dengan kondisi sosial dan perekonomian suatu negara. Tidak banyak orang yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan mengatur soal perpajakan dalam suatu negara. Yang mungkin dapat dilakukan oleh orang perseorangan dalam mengatasi hal ini adalah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang muncul dengan menarik pelajaran dari sejarah masa lalu. Artinya, sekalipun inflasi dan pajak tidak dapat kita kontrol, namun kita tetap dapat menentukan sikap pribadi terhadap hal-hal tersebut.<br /><span style="font-size:130%;">Alasan ketiga</span>, mengabaikan persoalan hutang yang dimiliki. Hutang kartu kredit sangat membahayakan kestabilan keuangan keluarga Anda. Mengetahui bahwa Anda berhutang kepada sebuah perusahaan dan Anda dibebani bunga lebih dari 40% pertahunnya. Ketakutan Anda tidak dapat melunasi hutang tersebut akan selalu menghantui Anda siang dan malam.<br />Berkaitan dengan penggunaan kertu kredit, kami menyarankan untuk menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran keperluan sehari-hari atau biaya bulanan yang sudah dianggarkan. Sehingga bila tagihan bulanan datang, Anda dapat langsung membayar lunas. Kami juga menyarankan untuk menggunakan kartu kredit untuk keperluan darurat. Dengan memiliki kartu kredit kita memiliki plafon hutang yang tersedia langsung untuk kebutuhan darurat.<br /><span style="font-size:130%;">Alasan keempat</span>, gagal merencanakan proteksi bagi keluarga. Risiko kehilangan pendapatan keluarga lebih berbahaya daripada hanya sekedar kerugian investasi.<br />Kehilangan pendapatan regular bisa mengakibatkan perubahan keadaan keuangan yang tadinya aman dan tentram berubah menjadi berantakan. Risiko kehidupan seperti kematian dan PHK dapat berdampak buruk terhadap keuangan keluarga bila anda tidak menjaga dan merencanakannya dengan bijak. mulailah merencakan kebutuhan proteksi keluarga.<br /><span style="font-size:130%;">Alasan kelima</span>, tidak memiliki disiplin menabung yang baik. Dengan penghasilan yang terbatas, Anda harus menyisihkan uang sedikit demi sedikit secara regular. Pola investasi dollar cost averaging menjadi keharusan. Lakukan penyisihan uang untuk tujuan masa depan Anda secara terus menerus.<br />Dengan investasi sedikit pada awalnya, dengan berjalannya waktu dan terus menyisihkan dana, pada akhirnya akan terkumpul juga dana yang besar. Waktu adalah satu-satunya yang akan membuat uang sedikit yang Anda investasikan menjadi kekayaan. Namun, lakukan hal tersebut terus menerus, jangan putuskan rantai bunga berbunga.<br />Dan terakhir, kebiasaan menunda-nunda. Banyak orang gagal untuk memulai program menabung sampai itu sudah terlambat. Banyak orang yang menunda-nundanya dengan berbagai alasan. Misalnya, Anda mengatakan “Saya pikir saya tidak memiliki uang untuk disisihkan”. Jawaban kami adalah dengan bermodalkan dana terbatas Anda dapat memulai untuk berinvestasi di Reksadana.<br />Atau Anda berkata “Saya takut melakukan hal yang salah”. Maka jawaban kami dalam hal ini adalah dengan tidak melakukan sesuatu akan lebih parah dari pada Anda melakukan kesalahan dan terus memperbaikinya.<br />Satu hal yang menurut hemat kami sangat penting adalah perubahan yang terjadi di sektor keuangan pastinya lebih cepat dari perubahan kehidupan yang Anda jalani. Oleh karenanya kami kami berharap bahwa Anda melihat pentingnya untuk melakukannya sekarang, kami maksud adalah saat ini.<br />Sumber: Harian Umum Sore Sinar HarapanAgung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-20715026007829526502007-04-17T15:56:00.000+07:002007-07-22T19:55:06.606+07:00Rumus Ekonomi Y = C + ISeseorang mengirimkan email kepada saya, mengeluhkan bahwa setiap bulannya tidak dapat berinvestasi. Beliau merasa bahwa yang diperlukan pada saat ini adalah peningkatan pendapatan. Setelah pendapatan meningkat, baru bisa berinvestasi. Saya membalas dengan menerangkan bahwa solusi yang lebih tepat adalah dengan mengendalikan pengeluaran, atau menekan konsumsi.<br />Balasan email yang saya dapat cukup mengejutkan. Orang tadi mengatakan bahwa setelah membaca penjelasan dari saya, beliau teringat dengan satu buah rumus ekonomi:<br />Y = C + I<br />Berikut adalah penjelasan dari beliau:Y=PendapatanC=KonsumsiI=InvestasiJadi kesimpulannya investasi adalah SISA dari kelebihan pendapatan yang tidak dikonsumsi.<br />Sehabis membaca penjelasan tersebut, saya hanya bisa tertawa kecil. Bagaimana mungkin Anda bisa menabung dengan pola pikir seperti itu?<br />Sebagai contoh kita katakan saja bahwa tiap tanggal 30 Anda menerima gaji. Pada tanggal 30 April 2007, Anda menerima secara penuh gaji Anda sebesar Rp. 5.000.000,-. Gaji ini Anda gunakan untuk keperluan konsumsi Anda. Pada tanggal 29 Mei 2007 (pas satu hari sebelum Anda menerima gaji berikutnya), saya datang bertanya “Berapa sih sisa gaji Anda yang bisa diinvestasikan untuk bulan ini?”. Kira-kira angka berapakah yang menjadi jawaban Anda?<br />Berdasarkan ilmu pengelolaan keuangan pribadi, Anda harus dapat menyimpan setidaknya 10% dari total pendapatan Anda. Jadi dalam kasus ini, Anda harus memiliki Rp. 500.000,- sisa uang di akhir bulan untuk diinvestasikan. Dapatkah Anda melakukannya? Hanya 1 dari setiap 10 orang yang dapat melakukan hal ini. Apabila Anda dapat melakukannya, maka SELAMAT! Anda sudah menguasai teknik dasar pengelolaan keuangan pribadi. Anda adalah cikal bakal orang kaya.<br />Di sisi lain, jawaban dari kebanyakan orang adalah nol. Seluruh pendapatan sudah dihabiskan untuk konsumsi. Dengan kata lain, tidak ada sisa untuk diinvestasikan. Malah dengan gaya hidup sekarang, saldo akhir bulan cenderung minus. Mengapa bisa begitu? Sebab jumlah tagihan kartu kredit yang belum terbayar semakin membengkak. Besar pasak daripada tiang.<br />Dimana letak permasalahannya? Kesalahan yang paling fatal disini adalah mendahulukan konsumsi. Biasanya orang yang diberi jatah uang untuk konsumsi, maka orang tersebut cenderung akan menghabiskan seluruh uangnya. Tidak ada sisa. Jadi kalau kita mengatakan bahwa “investasi adalah sisa pendapatan setelah konsumsi”, artinya tidak ada jatah uang lagi untuk investasi. Pada akhir bulan Anda akan melihat isi kocek Anda yang sudah nyaris kosong dan mengatakan “ah, bulan depan saja saya mulai berinvestasi”. Dan begitu juga yang akan terjadi pada bulan-bulan berikutnya.<br />Rumus diatas mungkin bisa berlaku dalam ekonomi makro. Namun bisa Anda ingin mengimplementasikannya ke dalam keuangan pribadi Anda, rumusnya harus diubah menjadi:<br />Y = I + C<br />Jadi, setelah menerima pendapatan, gunakanlah terlebih dahulu untuk berinvestasi, sisanya baru digunakan untuk konsumsi.<br />Untuk kasus yang sama dengan diatas. Setelah menerima gaji sebesar Rp. 5.000.000,- pada tanggal 30 April 2007, segeralah transfer uang sebesar Rp. 500.000,- ke rekening khusus tabungan. Kalau bisa jangan sampai lebih dari tanggal 5 Mei (jangan lebih dari seminggu). Uang pada rekening khusus tabungan ini tidak boleh digunakan kecuali dalam kondisi darurat. Nah, jadi uang yang boleh dibelanjakan pada bulan itu hanya tinggal Rp. 4.500.000,-. Dengan cara seperti ini, Anda pasti berinvestasi Rp. 500.000,- setiap bulannya.<br /><br />ingin, mengetahui lebih dalam mengenai keuangan pribadi? klik <a href="http://www.keuanganpribadi.com/?id=Agung">disini</a>Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-82555771741926946762007-04-17T15:47:00.000+07:002007-04-17T15:52:10.827+07:00Shopping HematMemilih tempat belanja yang tepat boleh jadi adalah langkah pertama untuk hemat berbelanja. Tapi bukan hanya faktor tempat saja yang bisa mempengaruhi hemat atau tidaknya shopping kita. Terkadang pemilihan waktu yang tepat untuk belanja juga bisa menjadi faktor yang menentukan.<br />Oke, sekarang kita bicarakan satu persatu bagaimana pemilihan tempat dan penetuan waktu belanja bisa ikut menentukan seberapa hemat Anda berbelanja.<br />Tempat<br />Kalau saya ditanya dimanakah tempat yang paling hemat untuk belanja, saya tentunya akan menjawab, belanja di pabriknya langsung. Tapi sayangnya, hampir tidak mungkin belanja langsung ke pabriknya dan mendapatkan “harga pabrik” karena bagi pabrik hal itu tentunya tidak efisien untuk melayani setiap konsumennya di pabrik.<br />Kalau begitu, cari tempat yang sedekat mungkin dengan pabriknya atau produsennya. Biasanya, semakin dekat dengan produsen akan semakin murah. Dekat disini tentunya bukan berarti jaraknya yang dekat, melainkan jalur distribusinya yang dekat. Dalam arti harga di agen atau toko grosir pasti lebih murah daripada harga di toko, dan harga di toko biasanya juga lebih murah dari harga di pengecer.<br />Tapi rumusan ini tidak selamanya bisa dipakai. Karena terkadang ada juga tempat belanja yang bisa dapat barang langsung dari pabriknya tapi bisa lebih mahal daripada toko yang harus beli melalui agen. Hal ini tergantung dengan efisiensi di toko tersebut. Semakin efisien suatu toko, semakin sedikit juga ia mengambil untung. Contohnya adalah toko di pasar tradisional yang terkadang bisa lebih murah dari pada toko grosir. Apalagi kalau pintar menawar, bisa beruntung dapat setengah harga dari yang ditawarkan.<br />Satu lagi tempat belanja yang bisa lebih murah dari yang lainnya adalah kawasan belanja yang menjadi pusat penjualan suatu produk tertentu. Misalnya pasar Tanah Abang untuk produk garment dan tekstil, dan kawasan Glodok untuk barang-barang elektronik. Sedangkan untuk mendapatkan handphone dengan harga miring, kita bisa datang ke Roxi sebagai pusat penjualan handphone. Pusat penjualan ini bisa menawarkan harga yang lebih murah karena bisa dikatakan sebagian besar pedagang berkumpul disana. Karena banyak pedagang, mau tidak mau mereka akan menetapkan harga semurah mungkin agar bisa bersaing dengan pedagang lainnya.<br />Waktu<br />Walaupun sudah dapat ke tempat yang hemat untuk belanja, bukan jaminan bahwa kita bisa benar-benar berhemat dengan kantong belanjaan kita. Karena walaupun tempat belanjanya sudah menawarkan harga yang murah, tapi kalau kita mudah tergoda untuk belanja di luar keperluan, maka belanja kita sudah tidak bisa lagi dibilang hemat.<br />Karena terkadang, bukan hanya tempat yang menentukan hemat atau tidaknya belanja kita. Selain faktor tempat, faktor waktu juga ternyata berperan dalam upaya penghematan. Kalau belanja di waktu yang tepat, kita mungkin bisa dapat barang yang berkualitas dengan harga miring. Tapi kalau belanja di waktu yang tidak tepat, bisa jadi bukannya hemat yang didapat malah boros yang terjadi.<br />Untuk menentukan waktu yang tepat untuk belanja barang-barang tertentu, terkadang kita harus tahu musimnya. Contoh sederhana adalah ketika ingin membeli buah-buahan, produk ini harganya naik atau turun seiring dengan musimnya. Kalau Anda ingin membeli buah-buahan untuk di rumah, pilihlah buah-buah yang sedang musim. Biasanya pusat perbelanjaan atau toko menawarkan harga khusus untuk buah yang sedang musimnya.<br />Beda halnya dengan membeli pakaian. Untuk membeli pakaian, justru hal sebaliknya yang terjadi. Jangan ikuti musim. Pakaian justru didiskon ketika musimnya sudah lewat. Hal ini mungkin terlihat jelas di negara dengan 4 musim. Disana, pakaian hangat diobral habis jika musim dingin sudah berlalu. Dan pakaian musim dingin pun didiskon besar-besaran begitu salju sudah mencair.<br />Bagaimana dengan di Indonesia? Walau tidak seekstrim itu, tapi prinsipnya sama saja. Mungkin bukan musim dalam arti cuaca yang mempengaruhi tapi musim dalam arti mode. Ada kebijakan tertentu dari toko pakaian untuk mendiskon jenis pakaian tertentu karena sudah mulai ketinggalan mode. Padahal, mode bagi sebagian masyarakat adalah nomor tiga ketika membeli pakaian. Nomor satunya adalah harga, dan nomor duanya adalah kualitas.<br />Ada satu kebiasaan dari pedagang yang unik yang bisa kita manfaatkan untuk mendapatkan barang bagus dengan harga murah. Yaitu kebiasaan untuk memberi penglaris dan penghabis untuk barang-barang yang bisa ditawar. Biasanya pedagang memberikan diskon khusus untuk konsumen mereka di pagi hari sebagai penglaris. Dan mereka juga terkadang memberikan diskon khusus untuk yang pembeli terakhir yang menghabiskan barang dagangannya di hari itu. Tapi ingat, hal ini cuma berlaku untuk produk yang cepat rusak dan dijual harian seperti bahan makanan, sayuran dan kue basah.<br />Kalau ada waktu yang baik untuk belanja tentunya juga ada waktu yang buruk untuk belanja. Misalnya ketika lapar, hindari belanja ketika lapar. Karena rasa lapar akan menambah napsu belanja, terutama belanja produk makanan. Hindari juga belanja ketika bosan atau sedih. Karena kalau Anda bosan atau sedih, kemudian menjadikan belanja sebagai jalan keluar, biasanya Anda akan lebih banyak cuci mata dan window shopping. Dan hal ini bisa mendorong untuk belanja diluar kebutuhan.<br />Begitu juga kalau suasananya sedang tidak enak seperti kecapekan, kepanasan atau kedinginan. Karena kondisi tubuh yang tidak fit bisa membuat Anda tidak tenang belanja dan ingin segera pulang. Akhirnya Anda pun terburu-buru dan malas untuk menawar untuk memilih harga yang lebih murah. Inginnya transaksi cepat seleai dan segera pulang. Alhasil, masalah harga pun luput dari perhatian.<br /><br />Ahmad GozaliDikutip dari Majalah AliaAgung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-51098665958755297462007-03-07T19:09:00.000+07:002007-03-07T19:10:30.251+07:00A to Z...A : Accept. Terimalah diri anda sebagaimana adanya.<br /><br />B : Believe. Percayalah terhadap kemampuan anda untuk meraih apa<br />yang anda inginkan dalam hidup.<br /><br />C : Care. Pedulilah pada kemampuan anda meraih apa yang anda<br />inginkan dalam hidup.<br /><br />D : Direct. Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan<br />kepercayaan diri.<br /><br />E : Earn. Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap<br />berusaha menjadi yang terbaik.<br /><br />F : Face. Hadapi masalah dengan benar dan yakin.<br /><br />G : Go. Berangkatlah dari kebenaran.<br /><br />H : Homework. Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk<br />pengumpulan informasi.<br /><br />I : Ignore. Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan anda<br />mencapai tujuan.<br /><br />J : Jealously. Rasa iri dapat membuat anda tidak menghargai<br />kelebihan anda sendiri.<br /><br />K : Keep. Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.<br /><br />L : Learn. Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak<br />mengulanginya.<br /><br />M : Mind. Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip<br />tentang orang lain.<br /><br />N : Never. Jangan terlibat skandal seks, obat terlarang, dan<br />alkohol.<br /><br />O : Observe. Amatilah segala hal di sekeliling anda. Perhatikan,<br />dengarkan, dan belajar dari orang lain.<br /><br />P : Patience. Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat anda<br />terus berusaha.<br /><br />Q : Question. Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan<br />menambah ilmu.<br /><br />R : Respect. Hargai diri sendiri dan juga orang lain.<br /><br />S : Self confidence, self esteem, self respect. Percaya diri,<br />harga diri, citra diri, penghormatan diri akan membebaskan kita<br />dari saat-saat tegang.<br /><br />T : Take. Bertanggung jawab pada setiap tindakan anda.<br /><br />U : Understand. Pahami bahwa hidup itu naik turun, namun tak ada<br />yang dapat mengalahkan anda.<br /><br />V : Value. Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah<br />melakukan yang terbaik.<br /><br />W : Work. Bekerja dengan giat, jangan lupa berdo'a.<br /><br />X : X'tra. Usaha lebih keras membawa keberhasilan.<br /><br />Y : You. Anda dapat membuat suatu yang berbeda.<br /><br />Z : Zero. Usaha nol membawa hasil nol pula.Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-40519234660025370532007-03-07T19:08:00.000+07:002007-03-07T19:09:31.021+07:00Makna KepemimpinanOleh: Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel<br />Dari up your business Now!<br /><br />Topik kali ini sengaja dipilih untuk merenungkan kembali makna kepemimpinan<br />yang sejati. Kepemimpinan sering diartikan dengan jabatan formal, yang<br />justru menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang<br />seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin atau pejabat yang<br />ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam<br />kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin<br />yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan<br />yang melayani.<br /><br />Sebuah buku yang menarik tentang kepemimpinan yang melayani (servant<br />leadership) ditulis oleh Dr. Kenneth Blanchard dan kawan kawan, berjudul<br />Leadership by The Book (LTB). Ken Blanchard adalah juga co-author dari<br />buku-buku manajemen yang sangat laris, seperti The One Minute Manager,<br />Raving Fans, Gung Ho, dan Everyone's Coach. Buku LTB mengisahkan tentang<br />tiga orang karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang melayani,<br />yaitu seorang pendeta, seorang professor, dan seorang profesional yang<br />sangat berhasil di dunia bisnis. Tiga aspek kepemimpinan tersebut adalah<br />HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA atau pikiran yang melayani<br />(servant HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).<br /><br />Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan)<br /><br />Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan<br />menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter.<br /><br />Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk<br />melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan<br />integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh<br />rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin<br />yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki<br />integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika<br />kampanye dalam Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk<br />nyaman di kursinya.<br /><br />Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri<br />dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang<br />melayani, yaitu:<br /><br />Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang<br />dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun<br />golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini<br />sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti<br />ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang<br />kita temui di republik ini.<br /><br />Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan<br />mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam<br />kelompoknya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell<br />berjudul Developing the Leaders Around You.<br /><br />Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk<br />membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi<br />sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi<br />tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota<br />dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang<br />dan menjadi kuat.<br /><br />Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang<br />dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan,<br />kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.<br />Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah<br />akuntabilitas (accountable).<br /><br />Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat<br />diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat<br />dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota<br />organisasinya.<br /><br />Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar<br />setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.<br />Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan<br />kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang<br />dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika<br />tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang<br />pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan<br />tidak mudah emosi.<br /><br />Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan)<br /><br />Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter<br />semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar<br />dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki<br />kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang<br />pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama<br />sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik.<br /><br />Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol<br />perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman<br />Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin<br />yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini<br />karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk<br />mengelola mereka yang dipimpinnya.<br /><br />Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini.<br /><br />Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena<br />itu seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal<br />agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill<br />atau personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah<br />ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut<br />dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat<br />diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan.<br /><br />Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu:<br /><br />Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan<br />sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong<br />terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun<br />sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi<br />tersebut.<br /><br />Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear<br />vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan<br />dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner,<br />yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju.<br /><br />Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau<br />organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa<br />visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong<br />sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang<br />dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa<br />generasi.<br /><br />Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role.<br />Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi<br />bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi<br />tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan<br />untuk mencapai visi itu.<br /><br />Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya<br />dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian<br />dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam<br />mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi<br />organisasinya.<br /><br />Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi<br />orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki<br />kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam<br />menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran,<br />rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan<br />sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari<br />anak buahnya.<br /><br />Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan)<br /><br />Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta<br />memiliki kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan<br />perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard<br />tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu:<br /><br />Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi<br />sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya<br />dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi<br />untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan,<br />dikatakan dan diperbuatnya.<br /><br />Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar<br />kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat<br />memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat<br />penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan<br />hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan<br />status dan kekuasaan semata.<br /><br />Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek,<br />baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.<br />Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap<br />komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan),<br />prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).<br /><br />Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami<br />sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa<br />Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence:<br /><br />SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual<br />adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).<br /><br />Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate<br />Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa<br />perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ<br />yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas,<br />terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain<br />dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik,<br />memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik<br />bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-63421076579916018802007-03-07T19:06:00.000+07:002007-03-07T19:08:19.071+07:00Bergerak !Oleh: Rhenald Kasali<br />www.detik.com<br /><br />“Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yang bergerak belum tentu menyelesaikan (perubahan).”<br /><br />Kalimat ini mungkin sudah pernah Anda baca dalam buku baru Saya, “ChaNge”. Minggu lalu, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Indosat, iseng-iseng Saya mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Di tengah-tengah ratusan orang yang tengah menyimak isi buku, Saya tawarkan uang itu. “Silahkan, siapa yang mau boleh ambil,” ujar Saya. Saya menunduk ke bawah menghindari tatapan ke muka audiens sambil menjulurkan uang Rp 100.000.<br /><br />Seperti yang Saya duga, hampir semua audiens hanya diam terkesima. Saya ulangi kalimat Saya beberapa kali dengan mimik muka yang lebih serius. Beberapa orang tampak tersenyum, ada yang mulai menarik badannya dari sandaran kursi, yang lain lagi menendang kaki temannya. Seorang ibu menyuruh temannya maju, tetapi mereka semua tak bergerak. Belakangan, dua orang pria maju ke depan sambil celingak-celinguk.<br /><br />Orang yang maju dari sisi sebelah kanan mulanya bergerak cepat, tapi ia segera menghentikan langkahnya dan termangu, begitu melihat seseorang dari sisi sebelah kiri lebih cepat ke depan. Ia lalu kembali ke kursinya. Sekarang hanya tinggal satu orang saja yang sudah berada di depan Saya. Gerakannya begitu cepat, tapi tangannya berhenti manakala uang itu disentuhnya. Saya dapat merasakan tarikan uang yang dilakukan dengan keragu-raguan. Semua audiens tertegun.<br /><br />Saya ulangi pesan Saya, “Silahkan ambil, silahkan ambil.” Ia menatap wajah Saya, dan Saya pun menatapnya dengan wajah lucu. Audiens tertawa melihat keberanian anak muda itu. Saya ulangi lagi kalimat Saya, dan Ia pun merampas uang kertas itu dari tangan Saya dan kembali ke kursinya. Semua audiens tertawa terbahak-bahak. Seseorang lalu berteriak, “Kembalikan, kembalikan!” Saya mengatakan, “Tidak usah. Uang itu sudah menjadi miliknya.”<br /><br />Setidaknya, dengan permainan itu seseorang telah menjadi lebih kaya Rp.100.000. Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam, tak bergerak. Bukankah uang yang Saya sodorkan tadi adalah sebuah kesempatan? Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan:<br /><br />“Saya pikir Bapak cuma main-main ............”<br />“Nanti uangnya toh diambil lagi.”<br />“Malu-maluin aja.”<br />“Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!”<br />“Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu .....”<br />“Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya....”<br />“Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas.....”<br />“Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang.........”<br />“Saya, kan duduk jauh di belakang...”<br />dan seterusnya.<br /><br />Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan tindakan mereka sehari-hari. Hampir setiap saat kita dilewati oleh rangkaian opportunity (kesempatan), tetapi kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja. Kita tidak menyambarnya, padahal kita ingin agar hidup kita berubah. Saya jadi ingat dengan ucapan seorang teman yang dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di daerah Parung. Ia tampak begitu senang saat Saya dan keluarga membesuknya. Sedih melihat seorang sarjana yang punya masa depan baik terkerangkeng dalam jeruji rumah sakit bersama orang-orang tidak waras. Saya sampai tidak percaya ia berada di situ. Dibandingkan teman-temannya, ia adalah pasien yang paling waras. Ia bisa menilai ”gila” nya orang di sana satu persatu dan berbicara waras dengan Saya. Cuma, matanya memang tampak agak merah. Waktu Saya tanya apakah ia merasa sama dengan mereka, ia pun protes. ”Gila aja....ini kan gara-gara saudara-saudara Saya tidak mau mengurus Saya. Saya ini tidak gila. Mereka itu semua sakit.....”. Lantas, apa yang kamu maksud ’sakit’?”<br /><br />”Orang ’sakit’ (gila) itu selalu berorientasi ke masa lalu, sedangkan Saya selalu berpikir ke depan. Yang gila itu adalah yang selalu mengharapkan perubahan, sementara melakukan hal yang sama dari hari ke hari.....,” katanya penuh semangat.” Saya pun mengangguk-angguk.<br /><br />Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya, Saya kira kita semua menghadapi masalah yang sama. Mungkin benar kata teman Saya tadi, kita semua mengharapkan perubahan, tapi kita tak tahu harus mulai dari mana. Akibatnya kita semua hanya melakukan hal yang sama dari hari ke hari, Jadi omong kosong perubahan akan datang. Perubahan hanya bisa datang kalau orang-orang mau bergerak bukan hanya dengan omongan saja.<br /><br />Dulu, menjelang Soeharto turun orang-orang sudah gelisah, tapi tak banyak yang berani bergerak. Tetapi sekali bergerak, perubahan seperti menjadi tak terkendali, dan perubahan yang tak terkendali bisa menghancurkan misi perubahan itu sendiri, yaitu perubahan yang menjadikan hidup lebih baik. Perubahan akan gagal kalau pemimpin-pemimpinnya hanya berwacana saja. Wacana yang kosong akan destruktif.<br /><br />Manajemen tentu berkepentingan terhadap bagaimana menggerakkan orang-orang yang tidak cuma sekedar berfikir, tetapi berinisiatif, bergerak, memulai, dan seterusnya. Get Started. Get into the game. Get into the playing field, Now. Just do it!. Janganlah mereka dimusuhi, jangan inisiatif mereka dibunuh oleh orang-orang yang bermental birokratik yang bisanya cuma bicara di dalam rapat dan cuma membuat peraturan saja. Makanya tranformasi harus bersifat kultural, tidak cukup sekedar struktural. Ia harus bisa menyentuh manusia, yaitu manusia-manusia yang aktif, berinisiatif dan berani maju. Manusia pemenang adalah manusia yang responsif. Seperti kata Jack Canfield, yang menulis buku Chicken Soup for the Soul, yang membedakan antara winners dengan losers adalah “Winners take action…they simply get up and do what has to be done…”. Selamat bergerak!Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-34142197.post-26500947711603240092007-03-06T11:53:00.001+07:002007-03-06T11:55:34.730+07:00Terlalu Banyak Informasi Bikin Pusing<div align="left">Dewasa ini kita begitu dibanjiri informasi.Hebatnya, sebuah informasi yang dulunya begitu sulit didapat, sekarang tidak lagi. Tinggal klik, ratusan informasi berkaitan dengannya segera didapat.<br /><br />Information is power. Saya setuju. Di era informasi ini, tidak heran lagi kita melihat orang-orang umur dua puluhan atau belasan tahun sudah bisa meraih sukses begitu fantastis. Ya, semua itu dimungkinkan saat ini.<br /><br />Ketergantungan kita terhadap informasi begitu tinggi. Bagaimana rasanya kalau sehari aja nggak buka internet, download email, baca berita koran? Nggak enak kan?<br /><br />Masalahnya sekarang adalah, informasi itu menjadi berlimpah, overloaded. Saat ini begitu banyak yang harus kita ingat, bukan lagi nomor KTP dan SIM saja, tapi segala macam kode PIN, nomor telepon, password, user name, alamat email dan sebagainya.<br /><br />Bagaimana sikap kita terhadap banjirnya informasi ini? Terus mengikutinya, atau malah jadi terbebani dengannya. Len Riggio, CEO Barnes and Noble meramalkan, di abad ke-21 ini orang akan menelan obat untuk membantu mengosongkan pikiran. Ini nanti akan jadi tren, seperti menurunkan berat badan dan diet.<br /><br />Bagi seorang entrepreneur, informasi itu jelas penting. Di balik informasi itu tersimpan gunung emas. Tapi, seperti yang saya alami, kelebihan informasi seperti saat ini bikin pusing juga. Karena, nggak semuanya bisa kita follow up jadi duit. Malah, sering membuat fokus kita buyar. Kita berlari menembak ke segala arah. Hasilnya? Banyak sasaran yang lolos.<br /><br />Saya sendiri memilih bersikap hati-hati terhadap semua informasi yang didapat. Saya berusaha menarik diri dari informasi itu, bersikap netral, sedikit skeptis. Setelah itu barulah saya memutuskan apakah informasi itu berguna untuk ditindaklanjuti atau tidak.<br /><br />Saya pun saat ini membatasi informasi yang masuk ke dalam otak saya. Saya tidak baca koran harian, saya tidak ikut banyak mailing list, saya alihkan saluran TV ke saluran berlangganan karena saya muak dengan TV lokal yang banyak berisikan materi "sampah". Saat browsing internet, saya fokus ke beberapa situs yang memang benar-benar sesuai dengan aktivitas saya. Beberapa gadget seperti pocket PC juga mulai saya tinggalkan. Paling tidak, itu upaya saya untuk menghindari penyakit "overload informasi" ini.<br /><br />Ada kerabat saya yang mengalami stress berat karena kelebihan informasi ini. Ceritanya, dia dideteksi dokter ada penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup dan pola kerjanya sehari-hari. Tapi, kerabat ini tidak puas dengan informasi dokter itu saja. Dia browsing internet mengenai segala pertanyaan yang berkaitan dengan penyakitnya itu. Hasilnya, dia menjadi stress berat. Dia pun menjajal beberapa dokter lain untuk mempercepat penyembuhan dan memenuhi keingintahuannya ini. Alhasil, dia pun mengalami over dosis obat, kelebihan obat.<br /><br />Saya kira di bisnis pun begitu. Kita terus mencari informasi yang penting buat mengembangkan bisnis kita. Oke-oke aja sih. Tapi, kalau akhirnya malah jadi pusing dan nggak tahu apa yang musti dilakukan, buat apa?<br /><br />Seni mengosongkan pikiran. Itu salah satu jawabnya menurut saya. Kita harus pintar memilah-milah informasi yang masuk ke dalam otak kita. Kemudian membuang yang tidak perlu. Lebih baik yang masuk sedikit saja, tapi benar-benar berguna ketimbang banyak sehingga overload. Padahal itu semua ternyata kebanyakan adalah "sampah".<br /><br />Sumber : Badroni Yuzirman</div>Agung Adionohttp://www.blogger.com/profile/04681115339057945123noreply@blogger.com0