Menurut Wikipedia, Mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, Mudik boleh dikatakan sebuah tradisi yang mutlak harus dilaksanakan. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua.
Saat masih kecil dulu belum terbayang apa-apa, ritual mudik yang saya tahu Cuma libur lebaran, terus bepergian ke rumah saudara-saudara. Tetapi sebenarnya ada makna yang lebih dalam lagi, yaitu mengingat-ingat asal muasal atau jati diri. Lha saya, lahir dan besar di Bandung? Berarti? Saya nggak usah mudik dong?
Identitas orang jawa timur saya memang agak diragukan..hehehe..tapi ada yang paling berkesan dalam hidup saya, saya tidak bisa berbahasa Indonesia pada waktu masuk TK, yang ada teman-teman saya bengong alias nggak ngerti apa yang saya bicarakan...bayangin aja, dulu bapak dan ibu tinggal di lingkungan komplek tentara yang notabene orang jawa semua, dari mulai yang bertamu, saudara, sampai saya pergi ke warung pun itu memakai bahasa jawa, hasilnya yaaa gitu deh...hehehe
Tahun ini saya tidak mudik ke Kota Nganjuk di Jawa Timur, kota asal Bapak saya. Tradisi mudik ini paling saya tunggu-tunggu semenjak saya TK, karena dari kecil saya paling seneng kalau bepergian. Ketika saya SMA, saya paling bersemangat untuk mudik (meskipun saya lahir dan besar di Bandung, hehehe...) soalnya pas SMA baru punya SIM A, jadi suemangat buanget kalau nyetir mobil, apalagi jarak jauh, mau bablas sampai Bali pun nggak masalah, nggak ngantuk (kalau kata orang jawa, masih kemaruk baru bisa nyetir..hehehe). Setiap peristiwa mudik punya cerita masing-masing, saya bisa tahu saudara-saudara bapak dan ibu yang tersebar di Jawa Timur. Keluarga Bapak ada yang di Gempol, Sidoarjo, Surabaya, Kediri, Jombang, sedangkan keluarga Ibu ada di Mojokerto, Malang, dan Tuban.
Kangen rasanya bisa berkumpul dengan keluarga besar, bisa berbagi cerita. Bapak juga sering mengajak napak tilas tentang kehidupan masa kecilnya. Beliau harus jalan kaki kurang lebih 10 km untuk sekolah, ngalamin makan gaplek dan tiwul, belum ada listrik, kalau nonton TV nebeng di tempat pak lurah, hiburan lainnya paling berenang di kali atau cari burung ke hutan jati, seru kayaknya...
Kangen pengen mudik...
Kangen pengen ngumpul bareng adik kakak sepupu, bude, bulik, dll...
Kangen gule kambing buatan mBah Putri...
Kangen malem takbiran di kampung...
Kangen sate kambing di rumah bulik di Mojokerto...
Kangen Rujak Cingur...
Kangen Sego Pecel...
Kangen suasananya...
Kangen semuanya...
Buat teman-teman yang mudik tahun ini, selamat mudik, hati-hati dijalan, semoga selamat sampai tujuan, salam buat orang-orang yang teman-teman kasihi....:)
Insya Allah tahun depan saya mudik...
Saat masih kecil dulu belum terbayang apa-apa, ritual mudik yang saya tahu Cuma libur lebaran, terus bepergian ke rumah saudara-saudara. Tetapi sebenarnya ada makna yang lebih dalam lagi, yaitu mengingat-ingat asal muasal atau jati diri. Lha saya, lahir dan besar di Bandung? Berarti? Saya nggak usah mudik dong?
Identitas orang jawa timur saya memang agak diragukan..hehehe..tapi ada yang paling berkesan dalam hidup saya, saya tidak bisa berbahasa Indonesia pada waktu masuk TK, yang ada teman-teman saya bengong alias nggak ngerti apa yang saya bicarakan...bayangin aja, dulu bapak dan ibu tinggal di lingkungan komplek tentara yang notabene orang jawa semua, dari mulai yang bertamu, saudara, sampai saya pergi ke warung pun itu memakai bahasa jawa, hasilnya yaaa gitu deh...hehehe
Tahun ini saya tidak mudik ke Kota Nganjuk di Jawa Timur, kota asal Bapak saya. Tradisi mudik ini paling saya tunggu-tunggu semenjak saya TK, karena dari kecil saya paling seneng kalau bepergian. Ketika saya SMA, saya paling bersemangat untuk mudik (meskipun saya lahir dan besar di Bandung, hehehe...) soalnya pas SMA baru punya SIM A, jadi suemangat buanget kalau nyetir mobil, apalagi jarak jauh, mau bablas sampai Bali pun nggak masalah, nggak ngantuk (kalau kata orang jawa, masih kemaruk baru bisa nyetir..hehehe). Setiap peristiwa mudik punya cerita masing-masing, saya bisa tahu saudara-saudara bapak dan ibu yang tersebar di Jawa Timur. Keluarga Bapak ada yang di Gempol, Sidoarjo, Surabaya, Kediri, Jombang, sedangkan keluarga Ibu ada di Mojokerto, Malang, dan Tuban.
Kangen rasanya bisa berkumpul dengan keluarga besar, bisa berbagi cerita. Bapak juga sering mengajak napak tilas tentang kehidupan masa kecilnya. Beliau harus jalan kaki kurang lebih 10 km untuk sekolah, ngalamin makan gaplek dan tiwul, belum ada listrik, kalau nonton TV nebeng di tempat pak lurah, hiburan lainnya paling berenang di kali atau cari burung ke hutan jati, seru kayaknya...
Kangen pengen mudik...
Kangen pengen ngumpul bareng adik kakak sepupu, bude, bulik, dll...
Kangen gule kambing buatan mBah Putri...
Kangen malem takbiran di kampung...
Kangen sate kambing di rumah bulik di Mojokerto...
Kangen Rujak Cingur...
Kangen Sego Pecel...
Kangen suasananya...
Kangen semuanya...
Buat teman-teman yang mudik tahun ini, selamat mudik, hati-hati dijalan, semoga selamat sampai tujuan, salam buat orang-orang yang teman-teman kasihi....:)
Insya Allah tahun depan saya mudik...
No comments:
Post a Comment