Wednesday, March 07, 2007

Makna Kepemimpinan

Oleh: Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel
Dari up your business Now!

Topik kali ini sengaja dipilih untuk merenungkan kembali makna kepemimpinan
yang sejati. Kepemimpinan sering diartikan dengan jabatan formal, yang
justru menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang
seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin atau pejabat yang
ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam
kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin
yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan
yang melayani.

Sebuah buku yang menarik tentang kepemimpinan yang melayani (servant
leadership) ditulis oleh Dr. Kenneth Blanchard dan kawan kawan, berjudul
Leadership by The Book (LTB). Ken Blanchard adalah juga co-author dari
buku-buku manajemen yang sangat laris, seperti The One Minute Manager,
Raving Fans, Gung Ho, dan Everyone's Coach. Buku LTB mengisahkan tentang
tiga orang karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang melayani,
yaitu seorang pendeta, seorang professor, dan seorang profesional yang
sangat berhasil di dunia bisnis. Tiga aspek kepemimpinan tersebut adalah
HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA atau pikiran yang melayani
(servant HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).

Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan)

Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan
menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter.

Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk
melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan
integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh
rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin
yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki
integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika
kampanye dalam Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk
nyaman di kursinya.

Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri
dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang
melayani, yaitu:

Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang
dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun
golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini
sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti
ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang
kita temui di republik ini.

Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan
mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam
kelompoknya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell
berjudul Developing the Leaders Around You.

Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi
sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi
tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota
dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang
dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang
dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan,
kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah
akuntabilitas (accountable).

Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat
diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota
organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar
setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan
kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang
dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika
tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang
pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan
tidak mudah emosi.

Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan)

Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter
semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar
dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki
kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang
pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama
sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik.

Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol
perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman
Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin
yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini
karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.

Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini.

Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena
itu seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal
agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill
atau personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah
ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut
dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat
diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan.

Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu:

Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan
sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong
terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun
sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi
tersebut.

Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear
vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan
dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner,
yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju.

Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau
organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa
visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong
sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang
dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa
generasi.

Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role.
Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi
bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi
tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan
untuk mencapai visi itu.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya
dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian
dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam
mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi
organisasinya.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi
orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki
kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam
menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran,
rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan
sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari
anak buahnya.

Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan)

Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta
memiliki kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan
perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard
tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu:

Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi
sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya
dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi
untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan,
dikatakan dan diperbuatnya.

Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar
kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat
memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat
penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan
hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan
status dan kekuasaan semata.

Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek,
baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.
Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap
komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan),
prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami
sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa
Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence:

SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual
adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).

Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate
Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa
perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ
yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas,
terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain
dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik,
memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik
bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.

No comments: