Tuesday, March 06, 2007

Uang...Lagi-lagi Uang...

Banyak diantara kita, setiap hari hanya memikirkan masalah: UANG.
Entah itu bagaimana mencari uang, merasa tidak punya uang, punya
hutang uang, dan sebagainya. Bahkan banyak diantara kita
memikirkan "persoalan" uang sejak bangun tidur hingga tidur lagi,
malah mungkin dalam mimpinya pun masih memikirkan uang. Suatu
kondisi mental yang dapat digambarkan sebagai men-dewa kan UANG.
Kalau saya di depan Anda mengatakan "mau UANG?", sambil mengibas2kan
segepok seratus ribuan, pasti Anda deg2 an sambil mata Anda melirik
UANG di tangan saya.

Namun pernahkah kita sedikit berpikir apakah sesungguhnya uang itu?
Kalau dilihat dari sejarahnya, pada mula nya uang adalah alat bantu
untuk memudahkan manusia melakukan pertukaran barang dan jasa.
Ingat, awalnya manusia hanya mengenal system barter. Kambing ditukar
beras, alat pertanian ditukar tembikar, dst. Ketidakpraktisan ini
kemudian dipecahkan dengan menggunakan alat tukar yang dianggap
memiliki nilai, yaitu dengan keping logam emas atau perak. 2 keping
emas dapat ditukar 1 domba ataupun 1 pikul beras. Inipun kemudian
dianggap masih kurang praktis. Lahir lah ide membuat sebuar
rumah "penitipan" keping emas atau perak tadi, dan kemudian rumah
penitipan (bank house) tadi mengeluarkan surat yang menyatakan bahwa
sipembawa surat memiliki emas atau perak sebesar yang tertera dalam
surat tadi. Praktis, tidak perlu bawa2 emas dan perak, cukup bayar
pakai kertas (bank notes). Dan kalau perlu "cash", kertas tadi bisa
ditukar kembali ke bank.

Sistem ini berjalan cukup lama, dan tidak ada persoalan besar,
karena nilai yang tertera dalam kertas sama dengan nilai deposit
emas. Bank central pun disebut "Reserve" karena menjadi tempat
penyimpanan akhir deposit emas di seluruh negeri. Sampai disini
masih OK, karena apa yang tertera dalam bank notes (uang) "dijamin"
emas/ perak yang diwakili nya.

Namun apa yg terjadi berikutnya? Kita ambil contoh mata UANG yang
paling di-dewa kan di dunia. US Dollar. Sekelompok orang kreatif
(atau serakah ya?) di Amerika Serikat mendirikan Federal Reserve.
Ada yang aneh dari nama the Fed ini:
- meski pakai nama "Federal", ini adalah perusahaan yang didirikan
dan dimiliki swasta. Untuk menghaluskan, pemerintah AS sering
menyebutnya "quasi-federal body".(iyee deeh ... paling bisa nih
bikin istilah)
- Meski pakai nama "Reserve" tidak ada deposit emas samasekali di
the Fed! Hahaha .. tertipuuu ..
Ya sodara2, the Fed "mencetak" dollar dari awang2 dengan nilai
sesuka mereka, tanpa "jaminan" apa2. Tinggal "print" aja diatas
kertas yg keren dan tulisi saja berapa nilai nya. Dan tugas
pemerintah AS untuk membuat supaya orang percaya pada nilai dollar
tadi. Nilai dollar adalah persepsi pengguna-nya, bukan mencerminkan
nilai yang diwakili dalam angka yang tertera di dalamnya. Semakin
orang men-dewa kan UANG, makin kuat nilai nya.

Ini yang kemudian berlaku juga untuk mata UANG lain di seluruh
dunia. Nilai nya un-real, diserahkan pada "kepercayaan pasar", yang
hanya tercermin dalam angka2 yang bergerak pada layar monitor para
trader. UANG pun akhirnya menjadi sesuatu yang tidak nyata. Di dunia
nyata, kalau ada tuan tanah yang punya perkebunan luas, dan ternak
yang banyak, menerbitkan "surat hutang" pastilah lebih dipercaya
dibanding orang yang tidak punya kekayaan apa2. Di dunia kita yang
dibelenggu sistem moneter sekarang, negeri yang kekayaan-alam nya
demikan kaya ini, "bank notes"nya dianggap tidak berharga.

Jadi apa dong UANG itu sesungguhnya? Nothing. Bukan apa2. Hanya
selembar kertas yg ditulisi angka. Tidak ada jaminan apa2 di
dalamnya. Berbeda dengan ide "bank notes" diawal yang dijamin emas.
Lantas kenapa kita menganggap UANG memiliki NILAI? UANG sendiri
tidak memiliki nilai nyata kecuali harga kertas dan ongkos cetaknya.
Sesungguhnya NILAI UANG hanya muncul dalam pikiran2 kita. UANG tidak
memiliki nilai apa2 dan tidak bisa apa2 kecuali pikiran kita
memberikan nilai kepada UANG tadi. Jika Anda pergi ke suku terasing
yang tidak mengenal USD, untuk membeli sebuah parang dengan USD 1000
pun Anda tidak akan bisa.

Lebih jauh lagi, teknologi dewasa ini telah membuat sebagian besar
UANG saat ini tidak dalam bentuk fisik kertas atau logam, namun
sekedar dalam bentuk "DATA" di computer. Diperkirakan dewasa ini
hanya lebih-kurang 4% UANG ada dalam bentuk fisik. Jadi UANG hanya
sekedar data di komputer, yang nilai nya ada dalam pikiran kita.
Jadi masihkah kita mendewakan sesuatu yang bahkan tidak eksis dan
tidak memiliki nilai riil? (fr)

Sumber : Fauzi Rachmanto

No comments: